Gus Mus dan Oase Karya yang Mengalir hingga ke Relung Jiwa

Pemikiran Gus Mus terkait cinta tanah air dan negeri diwujudkan dalam karya yang bisa dibaca semua kalangan.

Rabu, 29 Mei 2019 | 06:37 WIB
0
551
Gus Mus dan Oase Karya yang Mengalir hingga ke Relung Jiwa
Mustafa Bisri (Foto: Detik.com)

Saya belum pernah berjumpa dengan sosok yang melahirkan banyak karya ini. Statusnya sebagai salah satu Tokoh Islam dari kalangan NU sengaja menjadi pilihan dalam ulasan sederhana ala saya. Melihat gurat wajahnya dalam tiap sampul buku yang ada, membuat saya mereka-reka beliau adalah sosok yang sederhana. Bening auranya seolah memancar dalam tiap rangkaian kata yang telah banyak dibukukan dan diakui sebagai karya bermakna dari berbagai kalangan.

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal sebagai Gus Mus, Seorang tokoh Islam Indonesia yang memberi warna pemikiran dalam sentuhan puisi, cerpen hingga kerangka pemikiran melalui sekian banyak tulisan. Tokoh yang tampil berkacamata dengan rambut putih berpeci ini lahir dan banyak berkiprah di pesisir utara Jawa. 

Tepatnya di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang identik pula sebagai kota penghasil Batik legendaris. Di kota Rembang inilah Gus Mus mengasuh sebuah pesantren yang bernama Raudlatut Thalibin. Ia pernah pula meninggalakn jejak islamnya di beberapa pesantren antara lain Pesantren Lirboyo - Kediri dan Pesantren Krapyak - Jogyakarta.

Pada bulan Agustus nanti, Gus Mus genap berusia 75 tahun.Meski kerap disebut sebagai penyair, Gus Mus tetap tidak melepas dan meninggalkan ke-NU annya begitu saja. Gus Mus menjabat sebagai Rais AamPB Nahdlatul Ulama periode 2014-2015. Dan setelahnya tongkat estafet Rais Aam PB NU jatuh kepada KH. MA'ruf Amin.

Tak terhitung karya Gus Mus yang sudah dibaca oleh khalayak tidak saja yang berada di Indonesia melainkan di belahan dunia sana. Sebagian besar karyanya berupa Sastra Puisi, Cerpen hingga prosa penuh makna. Jujur saja masih sedikit karya Gus Mus yang sudah saya baca.

Bagi saya Membaca deret kata yang tertuang dalam karya Gus Mus merupakan sebuah perjalanan batin tersendiri. Seolah tengah berada di tengah oase yang begitu sejuk segar bagi pemikiran dan perasaan. Karya  Gus Mus tentang pemikiran Islam dituangkan dlaam tafsir Al Ibris nan legendaris. 

Sebagai penikmat sastra yang belum mampu mencipta sastra yang sarat makna, Gus Mus menjadi salah satu sosok istimewa di mata saya. Karib dari KH. Abdurachman Wahid alias Gus Dur sejak keduanya belajar di Kairo - Mesir ini terang saja memiliki sepak terjang ditular debut karya tulisannya.

Bapak dengan tujuh anak ini bahkan menjadi perancang logo salah satu  Partai Politik islam yang pernah mengantarkan Gus Dur menjadi Presiden RI. Persahabatan antara Gus Mus dan Gus Dur menjadi sisi yang menarik bagi sebagaian besar kalangan. Cerita-cerita Gus Dur hingga yang terkait dengan Cak Nun pun tetap melibatkan sosok Gus Mus di dalamnya.

Tahun 2015. Presiden Joko Widodo atas nama negara memberi tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma atas dedikasi Gus Mus dalam mencipta karya-karya sastra budaya. Tak sebatas itu, tahun 2017 Gus Mus kembali menerima Yap Thiam Hien Award .Penghargaan ini diberikan kepada sosok yang dinilai memiliki jasa besar terhadap penegakan HAM di Indonesia. Ada hal menarik yang menyebut kenapa Gus Mus Layak menerima penghargaan tersebut. 

Cara Gus Mus menyuarakan penegakan HAM itu konsisten dan unik. Tidak dengan cara turun ke jalan, melainkan dituangkannya apa yang menjadi pemikirannya dalam bentuk tulisan hingga karya sastra. Ceramah-ceramah agama  Gus Mus pun sarat akan muatan pesan akan penegakan HAM di Indonesia.

Gus Mus sosok Islam moderat meski dikenal cukup vokal melontarkan kritik kepada pemerintah, senantiasa mengutamakan fitrah islam sebagai Agama Rahmatallil Alamin. Sebagai Kawan Karib Gus Dur, Gus Mus tentu menjadi sosok yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. 

Pemikirannya terkait cinta tanah air dan negeri diwujudkan dalam karya yang bisa dibaca semua kalangan. Dalam kacamata kalangan akademisi Abdul Munir Mulkhan,  guru besar UIN Yogyakarta seperti  yang dikutip di Tirto.id menggambarkan Gus Mus sebagai sosok yang visioner dan mampu meracik kepiawaian seorang sarjana agama dengan intuisi seorang penyair.

Begitulah Allah menghendaki Gus Mus menjadi sosok yang sedemikian multi talenta. Sebagai Ulama yang nota bene tokoh Agama, Sebagai Sastrawan/budayawan, Sebagai imam dalam keluarga menjadikan ketokohannya dalam jejaring Islam menjadi sosok utuh dengan segala kekurangan dan kelebihanya.

Berikut saya tulis 2 bait terakhir  penggalan karya Gus Muh yang berjudul Kaum Beragama Negeri Ini yang mampu mengalir hingga ke relung Jiwa


......

Mereka yang engkau anugerahi

kekuatan sering kali bahkan merasa

diri Engkau sendiri

Mereka bukan saja ikut

menentukan ibadah

tetapi juga menetapkan

siapa ke sorga siapa ke neraka.

Mereka sakralkan pendapat mereka

dan mereka akbarkan

semua yang mereka lakukan

hingga takbir

dan ikrar mereka yang kosong

bagai perut bedug.

Allah hu akbar walilla ilham.