Hahahahaa… Parodi ini cocok dengan lakon saya minggu ini: tidak ada McD, KFC, Pizza Hut, sushi, sashimi, beef steak dan yang mahal-mahal lainnya.
Minggu ini tiap hari berputar menu ini: nasi lemak, roti chanai, sayur cabe, gulai kambing, kepala ikan, kangkung balacan, roti jala, laksa Sabah, teri cabe…
Yang semuanya murah. Segalanya meriah. Di mall pun cari food court. Kalau pagi ke kedai kopi.
Ternyata saya terhibur dengan ritme makanan seminggu terakhir di Malaysia ini.
Penyebabnya?
Ada youtube.
Yang lagi viral.
Di seluruh Malaysia.
Seminggu ini saja pun sudah dipigi-tengok 40 ribu kali.
Digelari sebagai youtube tersukses dalam sejarah Malaysia. Di bidang parodi.
Yang jadi sasaran parodi memang lagi hit. Yakni sebuah gambar wayang. Alias film. Yang lagi diputar di bioskop Malaysia. Juga di dunia. Yang anak cucu saya sudah pigi tengok semua.
Bohemian Rhapsody.
Freddie Mercury.
Queen.
Saya cari youtube-nya.
Mamak Rhapsody.
Saya putar parodinya.
Memang cocok sekali. Dengan lakon saya kali ini.
Saya jadi ingat gambar wayangnya. Yang sesungguhnya.
Yang semula saya kira: musical biasa.
Ternyata beda.
Itu gambar wayang kemanusiaan. Tentang imigran. Tentang kegeniusan. Tentang cinta kelas berlian. Tentang Kesuksesan. Semu. Tentang kekayaan. Semu. Tentang kegagalan. Tentang ketersisihan. Tentang keinsyafan.
Pun sampai dua hari kemudian batin saya masih terpukul. Oleh hakikat makna gambar wayang itu.
Kalau saja saya wanita. Saya mau jadi Mary-nya. Tapi tidak hanya dalam menerima warisannya. Juga akan all out menjaga Freddienya. Agar tidak begitu jauh bisexnya. Agar tidak terlambat insyafnya.
Agar kalau pun menerima warisan tidak disertai penyesalan.
Ups… saya terlalu jauh terseret ke dalam emosi film itu. Padahal saya tetap tidak mengerti: apa arti kata-kata di syair Bohemian Rhapsody itu.
Dulu, ketika lagu itu top di tahun 1975 saya tidak tahu: waktu itu saya baru bisa menyukai lagu-lagu gambus.
Dulu, ketika lagu itu ngetop lagi di tahun 1991, saya baru tahu nama penyanyinya. Justru saat Freddie Mercury meninggal dunia. Karena AIDS itu.
Ketika sudah menyukainya saya periksa isi syairnya. Beberapa kali.
Tidak mengerti maksudnya.
Saya pikir itu karena keterbatasan bahasa Inggris saya.
Ternyata benar. Bahasa Inggrisnya sang genius di luar jangkauan pikiran biasa.
Saya jadi ingat ini. Ketika kursus bahasa Inggris satu bulan. Di Santa Barbara. California. Saya satu-satunya yang Indonesia.
Sang tutor membagikan head phone. Kami diminta mendengarkan musik. Lima kali. Lagu yang sama.
Mengerti isinya?
Kami menggeleng. Semua.
Tutor membagikan teks lagunya: Hotel California.
Kami diminta membacanya. Tiga kali.
“Mengerti?” tanya sang tutor.
Kami semua menggeleng. Semua.
“Saya juga tidak mengerti,” ujar sang tutor.
Kami pun tertawa. Lega. Sang tutor tidak pura-pura.
Coba dengar: apa yang dimaksud hotel dalam lagu itu. Kata sang tutor. Kami benar-benar tidak mengerti. Katanya.
Apalagi dengan kata “bismillah”. Yang sampai tiga kali. Di Bohemian Rhapsody. Bagaimana bisa mengerti.
Itulah puisi.
Tentu beda dengan parodinya. Mamak Rhapsody itu. Begitu jelas maksudnya: masakan mama itu lebih enak, lebih murah. Dari pada McDi atau KFCi.
Demikian juga dengan parodi Hotel California. Yang dalam bahasa Jawa itu. Hotel Calioso itu. Begitu jelas maksudnya.
Sesekali, hidup perlu dalam parodi.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews