Saat ini dan ke depan, kita harus membiasakan diri berbicara "cultural capital" bukan lagi "natural capital".
Beragam cara Yang Maha Kuasa memperlihatkan kekuasaannya. Secara teoretis, manusia memang memiliki kemampuan melakukan apa saja karena ia menjalani proses belajar--"learning to know, learning to do".
Dalam menjalani proses ini, biasanya ada orang yang lebih memiliki kepiawaian menurunkan keahliannya kepada orang yang menjadi pembelajar.
Namun, orang orang pembelajar tak selalu menjadi agen pasif. Ia dapat menjadi aktor aktif yang secara mandiri mengembangkan apa yang ia telah peroleh dari orang lain.
Awalnya ia belajar. Namun setelah mendapat jalannya, ia dapat berlari sendiri. Proses menemukan (invention and discovery) hal hal baru terjadi, sekali atau berkali kali.
Orang kreatif adalah orang yang secara terus menerus mencoba dan menemukan hal hal baru, baik hal baru bagi dirinya maupun bagi semua orang. Di sana ada proses "discovery and rediscovery".
Inilah kreatifitas. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mendorong kreatifitas. Bukan bangsa yang mengagungkan hapalan.
Hanya saja, dalam kasus tertentu, ada kreatifitas yang dilakukan seseorang, jauh melampaui orang orang biasa. Di sini barangkali, "tangan Tuhan" berbicara.
Beberapa minggu ini, saya cukup sering mengamati seorang gitaris dengan gaya "finger style" bernama Alip Ba Ta.
Nama sebenarnya adalah Alif Gustakhiyat. Ia seorang youtuber yang nampaknya berasal dari kalangan masyarakat sederhana. Konon pekerjaan aslinya adalah supir forklift di sebuah pabrik.
Namun, bila kita lihat kemampuannya dalam bermain gitar, sungguh luar biasa.
Dapat diduga, ketrampilan memainkan alat musik ini ia tak dapatkan dari sekolah musik. Saya yakin ia mendapatkan semua ini karena anugerah dari sono.
Tentu saja ada proses belajar yang ia lakukan melalui mendengar, melihat, dan meniru orang lain. Namun, kreatifitas yang tumbuh dari dirinya juga terjadi. Di sinilah barangkali bakat diri berbicara. Atau dalam bahasa lain, apa yang ia miliki merupakan percikan talenta berlebih dari Sang Kuasa, yang tidak diberikan pada orang lain.
Saya terbayang, orang orang seperti ini harusnya dihimpun dan dipetakan. Kekayaan Indonesia yang lebih "sustainable" dan ramah lingkungan justru yang seperti ini.
Jangan lagi bicara kekayaan alam semata. Apalagi kini kekayaan alam Indonesia tak sepantasnya jadi andalan penopang hidup kita karena bila kita bicara hal ini, ujung ujungnya kita ingin mengeksploitasi dan merusak.
Saat ini dan ke depan, kita harus membiasakan diri berbicara "cultural capital" bukan lagi "natural capital".
Semoga aktualisasi putra putra terbaik bangsa seperti ini mendominasi di ruang ruang publik jagat maya, dan menjadi sumber inspirasi.
#iPras 2021
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews