Moderasi beragama, menjadi sesuatu yang tidak mudah dipraktikkan, butuh ilmu, butuh kesadaran, butuh niat baik, dan seterusnya.
Duren itu menurutku, mirip agama. Kalau yang suka, suka banget, fanatik banget, kalau yang gak suka, gak suka banget, anti banget, jangankan makan, mencium baunya saja mual-mual.
Namun demikian, yang paling fanatik dengan duren pun, tidak disarankan untuk makan dua puluh tujuh keranjang atau tujuh puluh dua buah duren sendirian!
Banyak orang yang salah paham tentang larangan makan duren, salah satunya dianggap sebagai biang kolestrol. Padahal kalau dilihat detil kandungan nutrisi duren, kita bisa tahu bahwa duren tidak mengandung kolestrol! Bahkan kalau dilihat lagi, secara detil, duren ini mengandung vitamin C lumayan besar, 46%, vitamin B6 22%, dan zat-zat lain yang baik sebagai imun booster dan kesehatan.
Ya, duren dengan segala kandungan nutrisinya, sering disalahpahami seperti agama. Namun, kenapa makan duren tidak disarankan banyak-banyak? Mabuk!
Ya, kita tahu dari cerita atau berita tentang kisah orang-orang yang bukan hanya mabuk, tapi juga black out (hilang kesadaran) dan bahkan mati karena terlalu banyak makan duren.
Ya, kita mengenal istilah "mabuk duren", ya sekali lagi, kita melihat hal yang sama dengan agama, yang untuk beberapa orang tertentu menyebabkan "mabuk agama".
Dengan fakta tersebut, sama halnya dengan makanan dan/atau minuman yang kalau dimakan dan/atau diminum terlalu banyak bisa memabukkan, harusnya duren, dikasih label: À consommer avec modération!
Mirip di label-label Wine, Champagne, Liqueur, dll di Prancis. Aku kurang tahu terjemahan yang paling pasnya apa dalam bahasa Indonesia. Modération dalam bahasa Prancis yang dialihbahasakan atau disederhanakan dalam bahasa Indonesia menjadi "moderasi".
Nah, moderasi sendiri jika dari pengertian awal dari bahasa Prancis, paling sederhana menurut yang aku pahami ya berarti dengan perhitungan, gak ngawur, gak kalap, berhati-hati.
Lalu bagaimana dengan agama?
Menurutku juga sama, setidaknya kalau merujuk Kitab Tahdzibul Akhlaq-nya Ibnu Miskawayh yang dulu banget pernah kupelajari, beragama yang utama, ya dengan moderasi.
Tentu saja, moderasi beragama, menjadi sesuatu yang tidak mudah dipraktikkan, butuh ilmu, butuh kesadaran, butuh niat baik, dan seterusnya, karena moderasi beragama itu bukan berarti beragama secara tengah-tengah, alias nanggung, alim gak, maksiyat iya, meskipun mungkin dikit.
Astaghfirullah...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews