Usia 32 tahun, Habibie menemukan teori Crack Progression, yang telah dipakai di seluruh industri penerbangan karena pengaruhnya terhadap peningkatan standar keamanan pesawat udara.
Di dunia yang dihuni tujuh miliar penduduk, ada segelintir orang -mungkin tak sampai selusin- yang disebut dengan jenaka sebagai gipsy aeronautics. Orang-orang itu ada di berbagai belahan bumi, saling mengenal, dan kerap saling berkomunikasi. Mereka adalah manusia dengan pengaruh yang begitu besar dalam menentukan arah dan memberi rekomendasi sana-sini untuk siapa dan apa saja menyangkut dunia penerbangan.
"Di dalamnya ada penentu Boeing, Airbus, dll. Ada yang tinggal di Amerika, Eropa, dan Asia. Mereka menempati podium terhormat dalam dunia penerbangan," kata Jusman Syafi'i Djamal, bekas Menteri Perhubungan, yang mengisahkan ini kepada saya semasa ia masih menjabat sebagai Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia.
Nah, kata Jusman yang murid Habibie ini: "Satu dari gipsy aeronautics itu adalah BJ Habibie."
Dan Habibie berpulang di usia 83 tahun, selepas magrib kemarin. Tentu saya tak perlu menuliskan profilnya panjang lebar. Semua orang, semua media, semua tokoh berbicara tentang Habibie hari ini.
Di luar berbagai gelar yang tersampir di pundak Habibie, yang paling lestari tentu julukannya sebagai orang pintar. Orang Indonesia terpandai yang dikenal dunia. Menjadi seperti Habibie adalah cita-cita semua anak Indonesia pada masa-masa kecil saya.
Guru yang baik, akan mendidik anak Indonesia agar sepintar Habibie. Ingat lirik lagu Umar Bakri yang dinyanyikan Iwan Fals? "… Umar Bakri, Umar Bakri. Banyak ciptakan menteri. Umar Bakri… Profesor dokter insinyur pun jadi. Bikin otak orang seperti otak Habibie."
Habibie memang seorang jenius. Di usia 32 tahun, ia menemukan teori Crack Progression atau theory of Habibie. Teori yang telah dipakai di seluruh industri penerbangan di dunia karena pengaruhnya terhadap peningkatan standar keamanan pesawat udara.
Sebelum Habibie merumuskannya, para insinyur ahli pesawat kesulitan menemukan secara presisi, lokasi retak rambut yang merambat di logam dalam sayap seiring dengan seringnya pesawat mendapat tekanan saat lepas landas dan mendarat, serta ketika mengalami turbulensi di udara. Ukuran retakan itu mulanya sangat kecil, sampai 0.005 millimeter, tapi kian lama kian besar dan merambat. Jika tidak segera diatasi, sayap pesawat bisa patah saat lepas landas.
Habibie merumuskan teori yang memandu para insinyur menemukan letak titik awal retakan itu, yang disebut Crack Propagation Point. Habibie menghitungnya begitu rinci sampai tingkat atom. Karena itulah ia dijuluki Mr. Crack.
Teori Habibie membuat industri bisa membangun pesawat dengan bobot berkurang sampai 25 persen, lebih mudah bermanuver, lebih entang saat lepas landas, dan tentu saja lebih aman. Habibie juga mengantongi paten lain seperti jenis material komposit temuannya untuk bagian dalam sayap itu, bahkan purwarupa pesawat yang bisa lepas landas dan mendarat lurus dari landasan (Vertical Take Off and Landing) yang dibeli NASA.
Begitulah. Habibie yang berpulang selepas magrib kemarin, tak akan terangkum dalam satu tulisan obituari. Jejaknya begitu dalam di semua bidang kehidupan sebagai orang pintar, negarawan, demokrat sejati, pahlawan kebebasan pers, suami teladan, dan sebagainya. Habibie tak terangkum oleh satu dimensi hidup sahaja. Tidak heran jika cita-cita anak Indonesia di masa kecil saya, adalah "menjadi seperti Habibie" belaka.
Karena itulah, setiap orang mengenang kepergiannya dengan ingatan berbeda, tapi satu muara jua: Habibie orang baik. Dan kita semua merasa kehilangan.
Selamat jalan Pak Habibie. Selamat jalan cita-cita masa kecilku.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews