Hidupnya sederhana sampai-sampai masih menyempatkan diri mengantar anak ke sekolah dengan sepeda motor.
Kami satu almamater, bahkan kuliah satu jurusan di Teknik Mesin. Tapi dia begitu muda atau bisa jadi saya yang sudah tua. Bayangkanlah, saya sudah dua tahun lulus -- itu pun setelah kuliah tujuh tahun -- dan Andi Sudirman Sulaiman baru masuk kuliah di Universitas Hasanuddin. Karena itulah, kami tak pernah bertemu di kampus.
Dia benar-benar muda. Dan hari ini, anak muda itu resmi menjadi Gubernur Sulawesi Selatan, menjadi orang nomor satu di provinsi besar di republik Indonesia.
Hanya soal usia itu sajalah yang saya tahu pasti tentang sang gubernur. Tapi dari perbincangan dengan kawan-kawan dari Makassar, saya mendengar banyak yang baik-baik tentang dirinya.
Hidupnya sederhana sampai-sampai masih menyempatkan diri mengantar anak ke sekolah dengan sepeda motor, istrinya tidak "ikut berkuasa", tidak mendaku-daku diri sebagai orang besar, ahli ibadah, santun, dan cukup bersih dari rumor, intrik, dan tikung-menikung politik.
Sejauh ini tak ada isu atau suara sumbang tentang pengelolaan duit negara yang mengaitkan namanya semenjak menjadi wakil gubernur sampai kemudian beberapa lama ia menjadi pejabat gubernur.
Saya sempat mendengar pidatonya di hadapan Presiden dan para menteri saat peresmian sebuah waduk di pinggiran Makassar setahun lalu. Ia fasih berbicara, menghapal kebutuhan daerahnya yang hendak diajukan ke pemerintah pusat, sampai-sampai Presiden Jokowi berkomentar: "Wah, banyak benar permintaan Pak Gubernur".
Begitulah. Kepada Andi Sudirman Sulaiman, kita patut menyambut dan menyampaikan selamat. Selebihnya, kita berserah kepada waktu yang kerap menggerus ingatan.
Selamat kepada Andi Sudirman Sulaiman, Gubernur Sulawesi Selatan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews