Peneliti ini rajin menghimpun dana dari sesama teman dosen dan masyarakat Amerika kemudian menyalurkannya untuk membantu para korban bencana di Indonesia.
Entah mengapa di masa sulit seperti sekarang ini, saya tiba-tiba rindu dengan seorang ibu, akademisi Amerika, bernama Prof. Elizabeth Collins. Sebelum pensiun, beliau mengajar di Ohio University, dan pernah menulis buku berjudul "Indonesia Betrayed" (dan diterjemahkan menjadi "Indonesia Dikhianati").
Bu Collins, begitu mahasiswa Indonesia biasa memanggilnya, tak hanya seorang akademisi yang sangat tertarik memahami dinamika sosial-politik di Indonesia, tetapi yang lebih mengesankan bagi saya, ia seorang pendidik, pengkader, dan pembela rakyat Indonesia yang menderita.
Pertama kali saya berkenalan Bu Collins, saat beliau datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian terkait gerakan reformasi mahasiswa Indonesia pada tahun 1998. Setelah itu, ia selalu hadir setiap kali Indonesia mengalami masa sulit, terutama saat terjadi bencana sosial maupun alam.
Saya tak tahu, berapa kali saya menemani Bu Collins keluar masuk menyalurkan bantuan untuk para pengungsi korban konflik di Maluku dan Kalimantan, korban bencana alam di Aceh, Jogya, dan Sumatera Barat.
Terakhir, saat terjadi bencana di Palu, Bu Collins juga menyalurkan bantuan untuk kelompok rentan seperti Ibu hamil, kaum lansia, dan warga yang terluka. Ia rajin menghimpun dana dari sesama teman dosen dan masyarakat Amerika kemudian menyalurkannya untuk membantu para korban bencana di Indonesia.
Saat ini, pasti Bu Collins tengah sibuk memikirkan bencana Covid-19 yang menimpa rakyat di negerinya. Walaupun usianya kini tentu tak lagi muda, ia pasti tak tinggal diam untuk ikut memikirkan nasib orang-orang yang terinfeksi Covid-19.
Atau barangkali, saat ini, Bu Collins mengalami nasib sama dengan saya, harus mengurung diri di rumah, "Work From Home", menghindarkan diri dari ganasnya Covid-19.
Melalui FB ini, saya hanya ingin mengungkapkan salam kerinduan kepada Bu Elizabeth Collins dan juga doa untuk beliau semoga beliau dalam keadaan sehat. Para mahasiswa yang pernah dibimbing langsung oleh beliau, pasti juga mengingat Bu Collins, apalagi di saat seperti ini. Ratusan mahasiswa Indonesia yang telah merasakan sentuhan tangan beliau, semoga dapat ikut mendoakan beliau agar beliau terlindungi dan selalu diberi kesehatan.
Di seluruh dunia, kita tengah bersama-sama berjuang bertahan hidup, dengan mencoba mendisiplinkan diri. Kita harus saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan bersama dengan mengurangi interaksi fisik, jaga jarak aman, sering cuci tangan dan menggunakan masker saat berada di ruang publik.
Semoga bencana ini cepat berlalu. Semoga kita diberi kesempatan bertemu lagi dengan Bu Collins.
Untuk mengingat kembali jasa-jasa Bu Collins, berikut tulisan saya dan teman-teman tentang beliau yang pernah terhimpun. Juga baca link berikut untuk mengenal beliau lebih jauh.
#iPras20
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews