Tokoh yang sangat kontroversial di mata orang Batak ini, justru banyak dielu-elukan. Pengacara yang banyak dihujat kaum Batak pemuja adat ini, justru diperlakukan sebaliknya kemarin itu.
TAHUN 1985 dalam buku Global Paradox, John Naisbitt mengatakan bahwa: semakin besar ekonomi dunia, semakin kuat perusahaan kecil. Naaah...kali ini saya memakai istilah lain, yaitu Local Paradox. Istilah untuk konteks yang lain.
INI untuk menggambarkan fenomena lain yang juga sama-sama anomali. Kebetulan, konteksnya yang ada di dalam kultur masyarakat Batak. Persisnya tentang fenomena seorang pengacara kondang bernama Hotman Paris Hutapea...hehehe.
BAIDEWEI, libur panjang 3 hari pada Hari Raya Paskah kemarin, kota Balige (Danau Toba) rame banget. Ternyata, bejibun orang Batak yang pulang kampung. Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandara Silangit, Siborongborong penuh.
SAYA yang kebetulan sedang berada di Balige, persisnya di depan Balerong, Pasar Balige melihat sendiri, banyak sliweran moge patwal polisi yang sirenenya meraung-raung.
Banyak tokoh/pejabat tinggi Batak yang baru datang dari bandara dikawal.
SALAH dua pesohor yang saya tahu sedang datang berlibur ke Balige adalah Menteri Luhut Binsar Panjaitan dan pengacara Hotman Paris Hutapea. Kalo opung Luhut, banyak beraktivitas di kampusnya, Institut Teknologi Del di desa Sitoluama, Laguboti.
SEMENTARA, bang Hotman terciduk lagi makan durian di trotoar Pasar Balige. Tokoh yang sangat kontroversial di mata orang Batak ini, justru banyak dielu-elukan. Pengacara yang banyak dihujat kaum Batak pemuja adat ini, justru diperlakukan sebaliknya kemarin itu.
BEJIBUN emak-emak Batak pedagang Pasar Balige, datang berlarian merubunginya. Mereka berebut minta foto bareng. Salah satunya ibu Friska Napitupulu. Pedagang mie gomak ini sampai bela-belain membawa serta bocahnya, si Najwa demi ikut berfoto.
Inilah "local paradox" massa. Ternyata Hotman Paris, gak seapes Ade Armando...hehehe
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews