I. Alasan Kau Harus Kembali Ke Nausus
Matahari terjatuh
dengan ubun-ubun terluka
ketika kitab-kitab tua para leluhur mulai di baca
Kau berdiri melingkari altar
mengikuti ritual sakral para tetua adat
Mantra suci membumbung ke langit
bagai asap dupa beraroma cendana
seketika leher ayam putus
darah menetes membasuh altar
dan kau tiba-tiba menatapku penuh tanya:
Apakah ini bertanda baik?
Diatas langit terdengar seseorang mulai menabuh gong. Bertanda para leluhur mulai menimbang dosa dan cinta
Seketika pucuk- pucuk ampupu menunduk Udara diam sejenak.
Di hati seekor ayam
para leluhur menitipkan pesan:
Kau harus pergi untuk kembali
sebab di Nausus ada rindu
yang selalu kambuh.
Soe, September 2021
Honing. Alvianto. Bana
II. Kepada perempuan penunggu Nausus
Kepalamu adalah hamparan perbukitan
dengan deretan pohon ampupu yang merimbun
Keningmu adalah ladang kecil
tempat para pria gagah menggenggam asa untuk melukis hari
Matamu adalah danau
tempat ikan dan kuda liar bertukar cerita dan kenangan
Kau perempuan bersarung hujan air mata, yang tertatih menyusuri jalan perih lalu dibaptis angin pegunungan
Kau perempuan agung, penenun semangat zaman, yang menggetarkan kaum kaya egois
Ratu bermakota tangis orang desa
yang menjadikan alam sebagai istana
juga adat sebagai panduan kehidupan
Yang menuliskan ayat-ayat perlawanan
pada lekuk bukit dan dinding batu, yang adalah penunjuk arah
bagi setiap orang yang ingin berguru
pada nurani.
Soe, Sepetember 2021
Honing. Alvianto . Bana
III. Surat kecil untuk kawan-kawan di Sekolah Alam Manusak
Barangkali pandanganku kepada Manusak
adalah taman penuh tawa
anak-anak semesta
Juga cinta
yang melampaui sekat-sekat
identitas
Yang mengubah
rahim-rahim tandus desa manusak
menjadi lukisan wajah perempuan
bermata Oase
Soe, September 2021
Honing. Alvianto . Bana
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews