Begitu mudahnya menghinakan, dan mendiskreditkan lawan politiknya. Semua yang terlontar dari mulutnya, terkesan tidak lebih dan tidak kurang berangkat dari kebencian dan dendam semata.
Pro dan kontra pindahnya Ibu Kota Negara Indonesia dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, masih terus bergulir memenuhi setiap ruang, di media massa maupun media sosial.
Akan halnya pihak yang jelas-jelas menolak, adalah PKS, partai politik yang mengklaim sebagai partai dakwah, dan menjadi oposisi yang berseberangan dengan pemerintah.
Salah satu alasan yang sesungguhnya mengapa mereka menolak, adalah karena kala Ibu Kota Negara pindah dari Jakarta, mereka mengaku sudah tidak akan bisa lagi melakukan unjuk rasa.
Hal tersebut dilontarkan oleh salah seorang kader partai politik tersebut, Edy Mulyadi, yang sebelumnya pernah bikin heboh terkait videonya tentang anggota ormas FPI yang sekarang ini sudah dibubarkan, yang mati tertembak di jalan tol Jakarta-Cikampek beberapa waktu lalu.
Sekarang ini, Edy yang juga diketahui pernah mencalonkan diri sebagai Caleg dari PKS untuk Dapil Jakarta III namun gagal, ini dalam sebuah tayangan video YouTube yang disiarkan chanel Mimbar Tube, mengkritik habis-habisan pembangunan IKN di Kalimantan.
"Jadi pertanyaannya coba, 1, yang ngebangun perumahan siapa? Nggak mungkin pengembang-pengembang itu. Jadi yang membangun adalah pengembang-pengembang asing. Dari mana? Purwokerto, Banyumas? Dari Cina, Bos. Pengembang-pengembang China yang melakukan pembangunan di sana. Mereka nggak masalah rugi, kosong, nggak masalah, karena pasti ada penduduk yang dikirim ke sana, siapa? Warga RRC tinggal di sana," kata Edy dengan nada tinggi.
Edy pun menggambarkan pemindahan IKN seperti menukar kawasan elite berharga mahal dengan tempat jin buang anak.
"Pasarnya siapa? Kalau pasarnya kuntilanak genderuwo ngapain kau bangun di sana," cetusnya.
"Bisa memahami enggak? Ini ada sebuah tempat elite, punya sendiri yang harganya mahal punya gedung sendiri. Lalu dijual pindah ke tempat jin buang anak, yah," ujarnya.
Yang menarik dari pernyataannya, Edy pun begitu jelas mengemukakan, jika pihaknya ada-ada masalah yang tidak cocok dengan DPR, dengan Undang-undang, maka untuk melakukan unjuk rasa ke Kalimantan dianggapnya sebagai suatu yang menyulitkannya.
Maka tak syak lagi, publik pun menganggap alasan penolakan PKS yang disuarakan kadernya yang bernama Edy Mulyadi ini, lantaran tidak akan semudah seperti sekarang ini untuk melakukan unjuk rasa bersama kelompoknya, saat Ibukota negara masih di Jakarta.
Bisa jadi selain jarak yang jauh, memobilisasi massa pun menjadi kendala mereka. Hal tersebut sudah pasti karena akan menyangkut perhitungan anggaran unjuk rasa yang lebih besar lagi, tentunya.
Kesimpulannya partai yang satu ini ternyata berjuang demi rakyat pun masih berhitung untung dan rugi.
Prabowo Subianto Disebut Macan yang Mengeong
Di samping itu, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, pun menjadi sasaran "tembak" mantan wartawan yang sekarang ini berkhidmat sebagai kader PKS.
Dalam video tersebut, Edy juga menyinggung Menhan Prabowo Subianto yang seolah diam saja melihat kedaulatan negara dalam ancaman. Edy mengilustrasikan Prabowo bak macan yang mengeong.
"Masa Menteri Pertahanan kayak begini, enggak ngerti sih. Jenderal bintang tiga, macan yang menjadi kayak mengeong enggak berarti begini aja," ujarnya.
Lantaran itu juga, Edy Mulyadi kemudian dilaporkan ke Polda Sulawesi Utara, oleh kader partai Gerindra. Karena bisa jadi mereka merasa tersinggung, manakala Ketua Umum partai Gerindra ini dianggap macan tapi bersuara seperti kucing.
Selain itu di media sosial Twitter, belakangan ini nama kader PKS yang satu ini sedang menjadi trending dengan tanda pagar #TangkapEdyMulyadi.
Terlepas dari dilaporkannya yang bersangkutan, maupun telah menjadi trending di Twitter, publik pun semakin tahu, partai politik yang mengklaim sebagai partai dakwah ini, begitu naif dan bertolak belakang dengan fakta sebagaimana ungkapan-ungkapan yang terlontar dari mulut kadernya yang satu ini.
Begitu mudahnya menghinakan, dan mendiskreditkan lawan politiknya. Semua yang terlontar dari mulutnya, terkesan tidak lebih dan tidak kurang berangkat dari kebencian dan dendam semata.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews