Jokowi ingin memberikan peluang besar kepada Srikandi Indonesia untuk berprestasi, bahkan beberapa Kandidat Menteri dari kalangan millennial, juga diantaranya ada beberapa perempuan.
Agaknya Presiden Jokowi menaruh harapan besar kepada kaum perempuan, setelah beberapa perempuan di Kabinet Kerja pertama memperlihatkan prestasinya.
Maka untuk Posisi Jaksa Agung, berdasarkan isu yang beredar dimedia, Jokowi akan memilih dari kalangan perempuan.
Seperti yang dilansir Tribunews.com, Indonesia Police Watch (IPW) melihat peluang pakar tindak pidana pencucian uang dari Universitas Trisakti, Yenti Garnasih akan menjadi Jaksa Agung.
"Sebab beredar isu kuat bahwa Jokowi akan mengangkat Jaksa Agung perempuan, yakni Yenti Ganarsih," ujar Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane melalui keterangan tertulisnya, Kamis (15/8/2019).
Sebelumnya Jokowi sudah menegaskan bahwa, untuk posisi Jaksa Agung bukan lagi dari kalangan Partai Politik. Untuk Kali ini sepertinya Jokowi benar-benar akan menggunakan hak Prerogatifnya sebagai Presiden.
Yenti Ganarsih adalah sosok yang cukup familiar belakangan ini, sebagai calon Jaksa Agung bukanlah orang baru di lingkungan Jokowi.
Di era pertama pemerintahan Jokowi, Yenti diangkat sebagai anggota Panitia Seleksi Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pansel Kompolnas.
Sekarang Yenti yang juga pakar anti pencucian uang Universitas Trisakti itu diangkat Jokowi sebagai Ketua Pansel KPK.
Feeling Jokowi biasanya jarang meleset, dan itu sudah dibuktikan ya diperiode pertama. Keberaniannya mengangkat Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan, hanya berlatar belakang seorang pengusaha, dan tidaklah berpendidikan dengan strata sarjana.
Pada kenyataannya, Susi adalah Menterinya dari kalangan perempuan, bisa menjadi eksekutor yang tangguh, mampu menyelamatkan kekayaan Laut Indonesia, dan membasmi para mafia dan pencuri kekayaan Laut Indonesia.
Kalaulah benar Yenti menjadi pilihan Jokowi sebagai Jaksa Agung pada Periode kedua Pemerintahannya, maka ini akan menjadi sejarah baru bagi Indonesia, Yenti adalah Jaksa Agung pertama dari kalangan perempuan.
Sepertinya Jokowi ingin memberikan peluang besar kepada Srikandi Indonesia untuk berprestasi, bahkan beberapa Kandidat Menteri dari kalangan millennial, juga diantaranya ada beberapa perempuan.
Profil Yenti Ganarsih
Dr. Yenti Garnasih, SH, MH, lahir di Sukabumi, 11 Januari 1959.
Berdasarkan penelusuran, setelah lulus SMA, ia mengambil kuliah di Universitas Pakuan, Bogor, lalu S2 dan S3 diselesaikan di UI.
Suami Yenti seorang purnawirawan jenderal TNI.
Dia dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta.
Mata kuliah yang diasuhnya adalah ilmu hukum tindak pidana di bidang ekonomi dan tindak pidana khusus.
Dia juga aktif di Pusat Studi Hukum Pidana (PSHP) Universitas Trisakti dan Study Center for Nationality, Human Rights and Democracy Universitas Trisakti.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews