Pesan Politik Jelang Pencoblosan, SBY Tak Arahkan Kader Demokrat Pilih Prabowo

Pesan politik SBY melalui Twitter Partai Demokrat sedikit menguntungkan Joko Widodo dan sedikit merugikan Prabowo Subianto, kenapa?

Selasa, 16 April 2019 | 19:24 WIB
0
1088
Pesan Politik Jelang Pencoblosan, SBY Tak Arahkan Kader Demokrat Pilih Prabowo
Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: Jitunews.com)

Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan "pesan politik" melalui video berdurasi dua menit yang diunggah di akun Twitter resmi Partai Demokrat, Selasa 16 April 2019 atau sehari menjelang pencoblosan.

Tidak ada kejutan dalam pidato SBY tersebut selain tidak ada arahan atau keharusan kader partai yang didirikannya itu wajib mencoblos Prabowo Subianto, capres yang berada dalam satu perahu koalisi Gerindra selain PAN dan PKS. Pidato SBY terkesan datar dan normatif.

Dalam pidato itu SBY berharap pemilu tahun ini bisa menjadikan masa depan Indonesia yang lebih baik. Selain memberi pesan khusus pada seluruh kadernya agar tidak Golput, SBY juga meminta maaf karena pada pemilu kali ini dirinya tidak aktif karena sedang mengurus sekaligus menemani istrinya, Ani Yudhoyono, yang kini tengah dirawat di Singapura akibat kanker darah.

Sebelum membahas "untung-rugi" pernyataan SBY itu, berikut pesan yang disampaikan SBY:

"Insya Allah beberapa saat lagi pemungutan suara akan dilaksanakan.

Semoga melalui pemilu 2019 ini masa depan Indonesia bertambah baik dan semoga bangsa Indonesia tetap bersatu untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita kita.

Semoga pula sesuai amanah konstitusi, pemilu ini dapat berlangsung secara damai, jujur, dan adil.

Sejarah memberi kesempatan pada kita Rakyat Indonesia, pemilik negara dan pemegang kedaulatan yang sejati untuk secara bebas dan rahasia menggunakan hak pilihnya, oleh karenanya mari kita memilih.

Saudara-saudara jangan golput, khusus kepada para kader Partai Demokrat saya berpesan ikutlah aktif untuk mensukseskan pemilu ini agar benar-benar berlangsung secara damai, jujur dan adil,

saya mengikuti banyak berita dan rumor dan beredar kalau pemilu ini tidak jujur dan khawatir kalau pemilu ini tidak damai.

Saya berpesan jangan ikut-ikutan menyebarkan berita yang belum tentu benar dan yang hanya akan meresahkan masyarakat.

Lebih baik para kader Demokrat aktif dan berdiri di depan untuk memastikan pemilu ini terselenggara dengan baik dan benar sesuai konsitusi dan undang-undang yang berlaku.

Dan demi rakyat, ikutlah mencegah hal-hal yang tidak baik termasuk terganggunya kedamaian, kerukunan, dan persatuan bangsa.

Insya Allah bisa, saya percaya hal-hal yang tidak baik itu bisa dicegah.

Pemilu kali ini saya tidak bisa aktif di Tanah Air, sebagaimana pemilu-pemilu sebelumnya saya berjuang bersama kader Demokrat, karena saya masih mendampingi Ibu Ani di rumah sakit, namun tetaplah bersemangat.

Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT bersama saudara semua dan bersama bangsa Indonesia tercinta."

Tidak dukung Prabowo?

Mencermati pesan politik SBY yang terkesan datar dan normatif serta tidak menyinggung sama sekali nama Prabowo Subianto, jelas SBY yang sedang menenami Ibu Ani di Singapura membebaskan kader partainya memilih antara dua capres yang sedang bertarung; Joko Widodo atau Prabowo Subianto.

Secara psiko-politis, koalisi Gerindra dan kawan-kawan atau Koalisi Prabowo sedikit "dirugikan" atas pesan politik SBY ini. Sebab, bagaimana mungkin rekan sekoalisi tidak mengarahkan kadernya untuk mendukung sekaligus memilih Prabowo.

Bagi Koalisi Petahana, pesan politik SBY ini sedikit "menguntungkan" meski tidak diharap suara besar dari Demokrat.

Namun dengan tidak ada arahan atau kewajiban kader Demokrat memilih Prabowo, besar kemungkinan ada "migrasi" kader Demokrat yang semula harus memilih Prabowo, beralih menjadi memilih Jokowi.

Namanya juga tanpa arahan atau kewajiban.

***