Pancasila adalah dasar negara dan jangan sampai hanya menjadi hafalan saja, karena mengimpelentasikan tiap silanya bisa melancarkan hidup sehari-hari. Dengan menguatkan pancasila dan nasionalisme, maka bisa menangkal ideologi asing seperti radikalisme yang sangat berbahaya. Sehingga Indonesia akan aman dan sejahtera.
Tanggal 1 juni adalah hari kesaktian pancasila tetapi sudahkah kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Atau jangan-jangan, pancasila hanya menjadi hiasan di dinding yang dilihat dan dihafalkan semata. Tentu hal ini kurang benar, karena mengimplemetasikan pancasila adalah kewajiban bagi tiap warga negara Indonesia.
Pancasila juga amat berguna untuk menangkal ideologi asing. Mengapa harus asing? Karena sejak era reformasi, terjadi luberan arus informasi via internet, dan ideologi asing bisa dengan bebas mempengaruhi masyarakat, khususnya generasi muda. Tidak semua hal-hal yang berbau asing baik, misalnya komunisme, radikalisme, ekstrimisme, dll. Sehingga ideologi ini harus diberantas.
Menurut Indah Pangestu, peneliti dari Pusat Studi Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara, pemahaman dan pengamalan pancasila perlu dilakukan ke seluruh lapisan masyarakat, untuk mencegah masuknya ideologi asing yang negatif. Dalam artian, ketika warga sipil mencintai pancasila, mereka tak akan mudah terseret arus negatif dari ideologi asing.
Implementasi pancasila bisa dilakukan mulai dari rumah hingga sekolah, karena rumah adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anak, dan generasi muda perlu diajari untuk mencintai pancasila agar menjadi warga negara yang brilian. Misalnya ibu mengajari anak-anak untuk taat kepada Tuhan YME dengan rajin berdoa dan beribadah, dan mempraktekkan sila pertama pancasila.
Hal ini juga dilanjutkan di sekolah, misalnya saat pulang dan sudah masuk waktu ibadah, maka tidak langsung keluar dari area sekolah. Melainkan mencari rumah ibadah dulu untuk bermunajat kepada-Nya dengan khusyuk. Sehingga hati akan tenang dan tidak mudah mengeluarkan emosi negatif.
Jika sila pertama diimplementasikan maka ideologi asing seperti radikalisme akan ditangkis, karena mereka tidak mengajarkan walas-asih. Padahal Tuhan maha penyayang dan tidak memperbolehkan adanya pengeboman di fasilitas umum, apalagi dengan ‘mengumpankan’ pengantin bom.
Sila kedua pancasila yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Anak diajari untuk memilik rasa sensitif dan empati kepada sesama, dan adil pada semua orang. Sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh ideologi radikalisme, yang sering tidak adil pada orang dengan keyakinan lain, karena dianggap sebagai musuh. Radikalisme sungguh tidak beradab dan mencederai pancasila.
Sila ketiga pancasila yakni persatuan Indonesia, implemetasinya dengan cara mengajari anak bahwa rakyat NKRI kompak dan bersatu untuk melawan radikalisme. Jika ada kelompok separatis dan teroris, maka akan dilawan oleh semua rakyat, karena pelakunya hanya segelintir kecil oknum yang otaknya sudah tercuci. Jika semua WNI bersatu, maka teroris akan keok dan pergi dari tanah Indonesia.
Sedangkan sila keempat pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Implementasinya adalah dengan permusyawaratan jika ada sesuatu, dan tidak memaksakan pendapat pada orang lain. Jika anak sejak kecil paham akan hal ini, ia akan terhindar dari sifat otoriter.
Anak akan paham bahwa pemaksaan pendapat adalah hal yang salah, dan kelompok radikal yang sering ngotot untuk membenarkan pendapatnya untuk membentuk negara khilafiyah adalah salah besar. Karena Indonesia adalah negara yang majemuk dan tidak cocok dengan sistem sepeti ini dan ideologi asing ini sangat merusak.
Sila kelima pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia. Anak akan belajar bahwa tiap WNI bisa menuntut keadilan sosial dan menghormati hak orang lain. Mereka akan paham bahwa ideologi asing yakni radikalisme salah, karena tidak menghormati hak umat dengan keyakinan lain di Indonesia.
Dengan mengimplementasikan pancasila maka seluruh WNI akan terhidnar dari pencemaran ideologi asing, terutama radikalisme, ekstrimisme, terorisme, dan separatisme. Kita wajib mengajarkan pancasila terutama ke anak-anak, dan jangan sampai hanya jadi slogan di atas kertas. (Faldias Anggayana)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews