Nama miliarder asal China, Miles Guo, tiba-tiba kini kembali menjadi perhatian media dunia. Ia seolah “menantang” Pemerintah China terkait jumlah korban Virus Corona yang mewabah negeri leluhur pria yang bernama asli Guo Wengui ini.
Melansir Mata-Media.Net, jumlah korban tewas secara total yang dirilis Pemerintah Komunis China terkait virus mematikan itu tidak sesuai fakta di lapangan. Guo mengungkap ini dalam Program “War Room: Pandemic” yang disiarkan Americasvoice.news, Sabtu (8/2/2020) lalu.
Miles Guo menyebut, pihak China tidak ingin pihak luar mengetahui jumlah sebenarnya dari korban virus corona ini. Miles Guo menyebut jika korban tewas akibat virus corona ini sudah mencapai 50 ribu lebih.
“Di Wuhan, setiap hari ada 1.200 mayat yang dikremasi. Itu baru di Wuhan saja. Sementara total yang sudah dikarantina lebih dari 250 juta orang di seluruh China,” tegas Miles Guo.
“Saya dapat informasi dari ‘orang dalam’, ada 1,5 juta orang sudah terkonfirmasi terjangkit virus corona di seluruh China. Dan total jumlah kematian, sesuai data yang sudah dikremasi adalah 50 ribu, bukan 30 ribu,” jelasnya.
Menurut miliarder yang tinggal di New York, Amerika Serikat (AS) ini, Pemerintah Komunis China mencoba mengalihkan perhatian soal jumlah sebenarnya dari korban virus corona ini dengan menyebut virus berasal dari AS.
“Tak ada kejelasan soal jumlah total kematian, berapa banyak yang sudah dikarantina, berapa banyak yang dipastikan terjangkit. Ini sudah sangat berbahaya,” tandas Miles Guo, seperti dikutip Mata-Media.Net, Rabu (12/2/2020).
Banyak kalangan yang meragukan informasi Miles Guo terkait jumlah korban virus corona itu. Pasalnya, Miles Guo sendiri adalah seorang buronan berbagai tindak kriminal yang oleh pemerintah China sudah diminta untuk ditangkap.
Jejak digital mengungkap tuduhan Beijing terhadap taipan properti yang kini berdomisili di New York itu. Miles Guo, meminta suaka politik dari pemerintah Amerika Serikat setelah menuduh sejumlah pejabat tinggi China terlibat skandal korupsi.
Kepada BBC, kuasa hukum Miles Guo, Thomas Ragland, menyebut kliennya yang dikenal dengan nama Miles Kwok itu yakin “telah dianggap sebagai lawan politik oleh pemerintah China”.
Beijing telah meminta Miles Guo ditangkap, namun tuduhan kepada pengusaha itu belum jelas. Media massa milik pemerintah China menyebut pria berusia 53 tahun itu menyuap wakil menteri, namun Guo membantah hal tersebut.
“Guo takut pemerintah China berupaya menghukumnya atas pernyataan dan kegaduhan yang diciptakannya,” kata Ragland, Kamis (7/9/2017).
Miles Guo yang meninggalkan China pada 2014 itu mengunggah sejumlah cuitan di Twitter dan menampilkan video di Youtube yang mengungkap dugaan korupsi pejabat penting Partai Komunis China, termasuk tokoh sentral antikorupsi negara itu, Wang Qishan.
Guo juga merilis dokumen yang disebutnya rahasia negara terkait kongres Partai Komunis. Kongres itu digelar setiap lima tahun yang sudah diselenggarakan pada 18 Oktober 2017. Meskipun Guo tak menampilkan bukti-bukti kuat, seluruh tudingan yang diungkapnya itu memicu kemarahan Beijing.
Melansir Detik.com, Sabtu (09 Sep 2017 13:10 WIB), pada April 2017 silam, pemerintah China mengeluarkan surat penangkapan internasional, red notice kepada Interpol di seluruh dunia untuk menangkap Guo.
Disebutkan, otoritas China telah menyelidiki 19 kejahatan yang diduga pernah dilakukan Guo, antara lain penyekapan, penggelapan, dan pencucian uang. Agustus 2017, kepolisian China membuka investigasi terkait tuduhan pemerkosaan yang diperbuat Guo.
Guo sendiri telah membantah berbagai tuduhan itu. Ia menilai surat perintah penangkapan terhadapnya didasari kepentingan politik.
Ragland mengatakan sebagai pemohon suaka, Guo yang visa turisnya habis pada 2017 ini berhak tetap tinggal di AS sampai keputusan administratif soal suaka itu keluar. Reuters menyebut proses permohonan suaka di AS rata-rata memakan dua hingga tiga tahun.
Sementara itu, Miles Guo juga menghadapi tuduhan fitnah atau pencemaran nama baik dari sejumlah warga dan perusahaan di China. Terkait itu, Guo mengklaim sudah tidak berstatus Warga Negara China lagi.
Kepada Voice of America edisi bahasa China, Miles Guo mengaku mempunyai paspor dari 11 negara berbeda. Namun, tidak jelas alasan Guo tidak pindah ke satu dari sekian negara itu ketika visanya di AS kedaluwarsa.
Ragland enggan merinci status hukum Guo sebagai warga negara China atas dasar privasi. ”Dia berada di AS menggunakan paspor dan visa resmi. Lebih dari itu, saya tidak mau membicarakan perihal paspornya,” ujarnya.
Sayangnya, hingga kini, pihak Interpol belum juga berhasil “menangkap” Guo yang kala itu berhasil melarikan diri dari China bersama istri dan anaknya. Sedangkan keluarga Guo yang lainnya gagal meninggalkan China. Kini mereka menunggu hukuman mati!
Mengapa Miles Guo berani bicara terkait virus corona? Kabarnya, Guo dendam. Ia gunakan hubungan bisnisnya dengan Presiden AS Donald Trump untuk balas dendam. Konon, Guo itu juga dalang provokasi perang dagang AS dan China.
Selama ini data dari Guo manipulasi. Keasliaannya diragukan. Namun dimanfaatkan Trump. Targetnya jika salah, Guo yang diseret Trump ke pengadilan HAM. Karena itu, semua info dari Guo tidak layak dipertimbangan, apalagi dipublikasikan.
Guo kini tinggal di AS. Di apartemen berpenjaga tentara swasta bantuan dari Trump pribadi, bukan AS. Kekayaan Guo di China dibekukan. Juga di Hongkong, Korsel, Korut, dan negara lain yang punya hubungan bilateral dengan China.
Miles Guo kini marah. Guo berambisi hancurkan China. Pertanyaannya, mampukah seorang sipil hancurkan China yang kuat dalam segalanya?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews