Pemerintah terus berupaya untuk membumikan Pancasila dan Toleransi. Kedua hal tersebut diharapkan mampu menjadi perekat bagi keutuhan NKRI.
Apakah anda masih hafal tiap sila dalam Pancasila? Saat sekolah dulu, kita memang diwajibkan untuk menghafalkan 5 sila Pancasila. Namun sayangnya saat sudah lulus, ada yang lupa beberapa kata dalam sila, bahkan tidak pernah mempraktikkan isi dalam Pancasila. Padahal Pancasila adalah pondasi bangsa sehingga tak hanya ajib dihafalkan, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Cara untuk membumikan Pancasila juga tidak terlalu rumit. Pertama, Anda wajib memahami isinya, mulai dari sila pertama hingga kelima. Pasti semua orang sudah taat pada Tuhan yang Maha Esa, dan kedua pada sila kemanusiaan yang adil dan beradab, Anda juga pasti sudah mempraktikkannya. Caranya dengan memanusiakan manusia, dalam artian walau ia seorang pembantu sekalipun wajib dihormati dan diberi hak yang selayaknya di rumah Anda.
Implementasi dari sila ketiga adalah dengan menjaga persatuan dan menghindari pertikaian, serta tidak menghina orang lain dengan alasan ia memiliki perbedaan suku dan SARA. Sementara untuk membumikan sila keempat adalah dengan permusyawaratan, yang dilakukan dengan jujur dan adil, bahkan di tingkat pemerintahan terendah sekalipun (misalnya di RT dan RW).
Untuk membumikan sila kelima Pancasila maka caranya dengan bersikap adil pada semua anggota keluarga di rumah dan tak membeda-bedakan kawan atau rekan kerja, atau tidak berat sebelah. Dengan mengimplementasikan Pancasila maka kehidupan masyarakat akan berjalan dengan damai, adil, dan makmur.
Di Bekasi sudah ada deklarasi membumikan Pancasila yang dilakukan oleh Kemenag.
Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kankemenag Kota Bekasi, Sri Siagawati menyatakan bahwa Pancasila (termasuk butir-butirnya) wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama anak mudanya. Oleh karena itu Kemenag membuat acara deklarasi membumikan Pancasila agar makin banyak yang mengimplementasikannya.
Sri melanjutkan, salah satu poin penting dalam membumikan Pancasila adalah saling menghormati. Dalam artian di Indonesia ada banyak suku dan keyakinan yang berbeda. Kita wajib saling menghormati dan menghindari pertikaian, agar situasi selalu kondusif. Jagalah perdamaian karena sebuah negara bisa maju jika rakyatnya rukun selalu.
Selain itu, toleransi juga jadi hal yang wajib dilakukan agar Indonesia bisa selalu damai, tanpa ada kericuhan di mana-mana. Intoleransi wajib dihapus karena jika banyak yang bertengkar maka akan menggerogoti negara dari dalam. Jangan sampai kita hancur gara-gara kelompok radikal dan teroris yang intoleran, dan menjadi negara yang kacau karena pemerintahannya sangat otoriter.
Contoh dari membumikan toleransi yang paling mudah dilakukan adalah dengan menghormati hari raya umat dengan keyakinan lain. Jika tidak mengucapkan selamat hari raya maka tidak apa-apa, tetapi ketika mereka undang untuk makan-makan maka boleh saja datang sebagai bentuk penghormatan. Kita bisa berteman walau memiliki perbedaan agama dan janganlah perbedaan ini menjadi ganjalan besar untuk bersahabat.
Ingatlah bahwa perbedaan itu indah, oleh karena itu jangan ada yang bertikai dan bersikap intoleran, karena berarti tidak membumikan Pancasila dan butir-butirnya. Kita hidup di negara demokratis, oleh karena itu tidak boleh memaksakan pendapat dan menolak toleransi.
Membumikan Pancasila dan toleransi adalah kewajiban bagi seluruh WNI agar hidup selalu damai dan tentram. Intoleransi wajib dihapus karena ia bisa pelan-pelan menghancurkan negara. Dengan membumikan Pancasila dan toleransi maka Indonesia bisa kuat, karena didukung penuh oleh rakyatnya. (Abdul Kholik)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews