Komentar tentang Bipang

Allah tunjukkan yang hitam itu sungguh-sungguh hitam, meskipun selama ini selalu menyatakan putih.

Senin, 10 Mei 2021 | 12:39 WIB
0
270
Komentar tentang Bipang
ilustrasi komentar (Foto: beritagar.id)

Ada satu hal yang menarik saya perhatikan terkait berbagai komentar dan status yang muncul di media sosial, khususnya Facebook, terhadap komentar Presiden Joko Widodo perihal bipang.

Dalam catatan saya, para pemberi komentar yang rata-rata isinya adalah ejekan, cemooh, caci maka, dan yang semacamnya, adalah orang yang itu-itu juga yang selama ini memang tidak suka --bahkan benci setengah mati-- kepada Presiden.

Dan, ini yang menarik, mereka itu sebagian besar adalah orang-orang yang selama ini kerap melabeli dirinya sebagai orang Islam, berjuang demi kejayaan Islam, dan seterusnya. Bahkan, di antaranya, ada yang kerap menjadikan ayat-ayat suci Alqur'an sebagai statusnya.

Lalu, saya ingat, hari-hari ini, umat Islam kan sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan, yang salah satunya dimaksudkan untuk mengendalikan hawa nafsu.

Dan yang disebut mengendalikan hawa nafsu itu, seperti yang kerap disampaikan para ustad yang juga banyak dipuja para pembuat komentar tersebut, tidak cuma menyangkut makan, minum, tidak berhubungan seks pada siang hari; tapi juga menyangkut ucapan baik lisan maupun tulisan, dari kata-kata yang buruk, seperti hujatan, ejekan, cemooh, caci maki, dan yang semacamnya baik terhadap sesama umat Islam sendiri maupun terhadap manusia secara umum.

Tapi, yang sekarang terjadi karena ucapan Presiden perihal bipang itu, kok tidak demikian, ya? Justru sumpah serapah, cemooh, ejekan, hujatan, hingga caci maki, dari yang halus hingga kasar, meluncur deras tanpa tedeng aling-aling. Dan, itu berlangsung di tengah umat Islam sedang khusu' menjalankan ibadah puasa yang salah satunya dimaksudkan untuk mengendalikan perbuatan seperti itu.

Presiden mungkin salah, atau tidak tahu bahwa bipang itu singkatan dari babi panggang -- meskipun dalam konteks ini "kadar" kesalahan Presiden masih bisa diperdebatkan.

Tapi, melontarkan cemooh, hujatan, ejekan, sumpah serapah, atau caci maki, secara suka cita, seperti itu di bulan suci Ramadhan, oleh orang yang menyatakan diri sebagai Islam dan selama ini senantiasa "menyuarakan" Islam dalam berbagai komentar dan status media sosialnya, sungguh sesuatu yang terasa paradoks.

Jangankan terhadap Presiden, bahkan terhadap orang biasa sekali pun, atau terhadap orang berstatus budak pun, saya kira tak patut hal itu dilakukan saat seperti ini. 

Lalu, jika demikian halnya, bagaimanakah kita harus memahami yang semacam ini sebagai perilaku manusia pembela Islam yang Islami?

Atau, jangan-jangan, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang oleh Allah SWT sering disebut dalam Al-Qur'an sebagai "orang munafik dan fasik", karena ciri-cirinya agak mirip: senantiasa mengaku sebagai orang yang beriman, tapi perilaku kesehariannya justru berkebalikan.

Jika begitu, sungguh Allah SWT benar-benar telah menunjukkan kekuasaanNYA yang nyata di bulan suci ini. DIA tunjukkan yang hitam itu sungguh-sungguh hitam, meskipun selama ini selalu menyatakan putih.

Subhanallah. Kiranya Allah SWT melindungi kita dari orang-orang munafik dan fasik....

Kiranya, Ramadhan ini benar-benar membuat kita mampu mengendalikan hawa nafsu dalam segala hal!!!

***