Petunjuk Tuhanlah yang menjadi pegangannya, dan itu menjadi kekuatan dan keyakinannya yang teguh dan tidak tergoyahkan oleh hasutan apa pun.
Sebetulnya kalau Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar mengatakan Jokowi pakai Jimat untuk memenangi Pilpres 2019, tidak salah juga, hanya saja cara dia memahami kekuatan ghaib yang dimiliki Jokowi terkesan berbau Klenik.
Menjadi pemimpin sebuah negara yang besar tidak bisa cuma mengandalkan kekuatan intlektual. Apalagi negara sebesar Indonesia, dengan beragam suku dan agama, yang sangat mungkin menghadapi berbagai konflik atas perbedaan yang ada.
Saya berani bilang Jokowi memang memakai Jimat, tapi Jimatnya Jokowi bukanlah kekuatan yang berbau Klenik, Melainkan spiritualitas yang dimilikinya. Sebagai seorang muslim yang taat, dia selalu taat menjalankan ibadah wajib maupun sunnah.
Begitulah cara dia menjaga hubungan spiritualnya dengan Alla Azza wajalla, sehingga dia selalu merasa dekat dengan penguasa jagat Raya, dan itu jugalah yang menguatkan dia memimpin Indonesia selama Lima tahun, kuat menghadapi deraan berbagai fitnah.
Jokowi tahu persis, ketika dia tidak menerima fitnah yang dialamatkan pada dirinya, maka fitnah tersebut akan berbalik kepada yang memfitnahnya. Itulah kekuatan dari keyakinan yang dimilikinya, sehingga kekuatan tersebut menjadi kekuatan spiritual yang selalu melindunginya.
Jokowi seorang pengamal rukun Islam dan rukun Iman yang baik, dia senantiasa patuh kepada apa Yang dianjurkan agama, dan dia sangat Takut kepada Yang Maha Kuasa, makanya sedikitpun tidak ada keraguan baginya untuk melaksanakan kebijakan yang diyakininya sudah benar.
Sebagai seorang manusia biasa, dia memang tidaklah sempurna, tapi dia sudah menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang melayani rakyatnya, dengan batas kemampuannya. Memang tidak bisa memuaskan semua orang, karena memang tidak ada pemimpin yang sempurna.
Muhammad Rasulullah Shallallhu'alaihi wassalam saja yang sudah dianggap manusia yang mendekati sempurna, tetap saja dengan penuh kerendahan hati mengakui berbagai kekurangannya. Apalagi kita manusia biasa bukan sekelas Nabi, tidak akan lebih sempurna dari Nabi.
Orang-orang yang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi, bisa memahami apa yang menjadi kelebihan Jokowi. Sebagai seorang Muslim yang taat, dia senantiasa menjaga Sholat Lima waktunya, disamping itu dia juga tidak tinggal sholat sunnahnya, begitu juga dengan Puasa sunnah yang rutin dia lakukan.
Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan dia selalu Kuat dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, seakan-akan tanpa lelah dia melayani masyarakat.
Hampir seluruh waktunya dicurahkan untuk kepentingan masyarakat dengan tulus dan ikhlas.
Jadi sangat wajar kalau dia memiliki kekuatan spiritualitas yang memang harus dimiliki seorang pemimpin sekaliber Soekarno, Soeharto, BJ Habibie dan Gus Dur, karena mereka adalah pemimpin negara besar yang memang harus didukung kekuatan Ghaib, yang bersandarkaj pada Kekuatan Yang Maha Kuasa.
Itulah 'Jimat' Jokowi, yang membentengi dirinya Dari segala perbuatan Jahat, hasad, dengki, juga fitnah. Saya sangat meyakini, seseorang yang menjaga dan memelihara spiritualitasnya, Tuhan akan senantiasa melindunginya dari segala bentuk perbuatan Jahat yang menyerangnya.
Inilah yang tidak dijabarkan Musni Umar, sehingga dia terjebak pada asumsi yang berbau Klenik, padahala kekuatan Ghaib yang dimiliki Jokowi, adalah kekuatan dari amalan spiritualitasnya, yang semuanya bersandarkan pada Kekuasaan Yang Maha Kuasa, bukanlah pada Kekuatan manusia.
Setiap kebijakan yang akan dia ambil, dia selalu meminta petunjuk dan kemudahan kepada Yang Maha Kuasa, bukanlah kepada manusia, lewat doa dan sholat Tahajud yang secara rutin dia lakukan. Petunjuk Tuhanlah yang menjadi pegangannya, dan itu menjadi kekuatan dan keyakinannya yang teguh dan tidak tergoyahkan oleh hasutan apa pun.
Dia mendengarkan petunjuk dan Saran Kiyai sepuh yang memang memiliki kapasitas spiritual yang mumpuni, bukanlah ulama ecek-ecek yang cuma mau menjilat dan mengambil keuntungan dari kekuasaan Yang diembannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews