Pada masa-masa kampanye sekarang ada propaganda yang tidak masuk akal, tetapi mempunyai maksud untuk mempengaruhi pemilih atau menurunkan elektabilitas lawannya. Propaganda itu seperti: "Bahwa kalau pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin terpilih, maka di tengah jalan Makruf Amin akan digantikan oleh Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama".
Bahkan propaganda seperti itu disebar lewat WA atau media sosial. Malah ada yang menulis dalam dalam bentuk opini. Dan sekelas Hidayat Nur Wahid saja juga ikut menuliskan lewat Twitter-nya.
Kenapa nama Ahok selalu muncul dan dilekatkan dengan Jokowi? Karena nama Ahok mempunyai sentimen negatif di kalangan kelompok tertentu. Dengan propaganda bahwa Ahok akan menggantikan Ma'ruf Amin adalah sesuatu propaganda yang sengaja dihembuskan untuk memberi sentimen negatif pada Jokowi.
Padahal, hampir 1.000% tidak mungkin Ahok akan menggantikan posisi Ma'ruf Amin, kecuali menurut, maaf, orang tolol yang berpikir tanpa logika. Apalagi berhenti di tengah jalan. Baik dengan alasan atau pertimbangan politik dan undang-undang Ahok tidak mungkin bisa menjadi wakil presiden.
Tetapi kenapa issue atau propaganda diembuskan? Ya tujuannya hanya satu, yaitu menurunkan elektabilitas Jokowi di kalangan pemilih tertentu.
Lagian, kekuasaan atau jabatan itu enak, bahkan ada yang pengin nambah sampai tiga periode. Karena aturan yang membatasi saja akhirnya keinginan itu kandas. Kok orang sudah menjadi wakil presiden terus berhenti di tengah jalan dan digantikan oleh orang lain. Tidak mungkin! Sekalipun politik penuh kemungkinan.
Nah, disinilah kita perlu akal sehat, mencerna dengan kritis sehingga terhindar dari propaganda murahan.
Dengan propaganda seperti itu, semakin yakin kalau mereka tidak akan memenangkan pilpres. Makanya propaganda itu diembuskan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews