Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu. Semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila ini benar-benar cocok dengan keragaman di Indonesia. 1.340 suku, 546 bahasa, 6 agama, 1 bangsa. Semangat kesatuan inilah yang menjadi dasar kelahiran negara Indonesia.
Sementara jauh beberapa puluh tahun lalu, Presiden Soekarno pernah mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri. Tidak diragukan lagi, Presiden Pertama Indonesia itu adalah seorang visioner, pandangannya mampu memprediksi bagaimana kemungkinan dan potensi yang menjadi gangguan negara kedepan.
Lihat saja sekarang, bahterah persatuan ini seolah mulai goyah dengan badai perpecahan. Kini, kebencian antar ras, suku dan agama bagai minyak yang disambar percikan api. Atas nama kebebasan, persatuan pun mulai dikesampingkan. Hal ini menjadi suatu ironi, mengingat baru 74 tahun yang lalu bangsa ini berikrar dalam satu kesatuan. Ditambah lagi ikrar tersebut tercetus setelah melewati lebih dari 300 tahun masa penjajahan. Hal ini disebabkan tidak lain oleh oknum oknum yang ingin memaksakan kehendaknya untuk merubah Pancasila dan Memghambat Kemajuan Bangsa Indonesia.
Pengusik persatuan bangsa sekarang bukan berasal dari luar. Namun, tidak lain dan tidak bukan, adalah ujaran kebencian seperti hoax yang dilancarkan saudara – saudara kita sendiri. Penyebaran hoax yang makin tidak terbendung dan tanpa ampun dapat memantik konflik di masyarakat. Hal itu dapat menimbulkan sentimen primordial serta menguatkan paham radikalisme. Hoax disebar oleh oknum berkepentingan untuk memunculkan simpati, kemarahan, dan meminta dukungan dari publik atas suatu peristiwa politik atau kemanusiaan yang sedang berlangsung yang tujuannya tidak lain ingin merebut kekuasaan secara licik.
Hoax dan ujaran kebencian pun semakin menjadi-jadi dengan kemajuan teknologi dan stimulasi dari media sosial. Penyebaran hoax di medsos dapat langsung menyulut ribuan massa dalam hitungan detik. Bisa saja suatu hari nanti negara kita Indonesia kembali dijajah akibat persatuan yang tidak terjaga.
Oleh karena itu, pemupukan kembali rasa persatuan dan toleransi juga perlu dilakukan dengan mengingatkan historis masa perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Terutama menjelang penyelenggaraan Pemilu 17 April 2019. Jangan sampai hoax dan ujaran kebencian merusak Pesta Demokrasi kita. Sukseskan Pemilu 2019 ini dengan riang gembira, tanpa takut memilih demi kemajuan Indonesia yang semakin baik. Masyarakat pastinya sudah cerdas dalam menentukan pilihan pemimpin Indonesia yang visioner dan punya semangat kerja keras serta mencintai rakyatnya tanpa cepat emosi dan marah-marah.
Mari bersama kita gunakan hak pilih untuk melanjutkan suksesnya Pembangunan Indoensia yang saat ini gencar dilaknasakan. Jamgan Golput dan jangan takut memilih karena intimidasi pihak tertentu. Tetap gunakan hak.lilih dengan cerdas guna memilih pemimpin yang terbaik dan punya rekam jejak yang baik.dan telah berprestasi demi kemajuan bangsa.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews