SBY, Kepandiran dan Olok-olok Holllywood

Kerakusan dan keserakahan manusia yang dalam film ini justru dianggap sebagai undangan selamat datang bagi para alien itu

Selasa, 27 Juli 2021 | 05:56 WIB
0
188
SBY, Kepandiran dan Olok-olok Holllywood
Film Tommorow War (Foto: Istimewa)

Saya sudah menonton film Tommorow War (2021) sejak dua minggu yang lalu. Tapi baru tahu hari ini, kalau justru heboh karena konon ada SBY di dalamnya. Film yang tidak istimewa, tapi sejujurnya saya merekomendasikan untuk anak-anak saya. Walau dari judulnya benar tentang perang di masa depan namun sesungguhnya film ini adalah sebuah cerita keluarga. Dengan mengadaptasi model film science-fiction di mana alien adalah musuh utama manusia di masa datang.

Dan kali ini, alien yang dimunculkan adalah apa yang disebut "landak putih", sejenis makhluk ganas yang bertugas melakukan pembersihan etnis manusia. Ia digunakan untuk persiapan digunakan planet bumi sebagai koloni baru oleh makhluk aliens penciptanya. Yang dalam film ini, sama sekali tak ditunjukkan raut muka maupun batang hidungnya. Artinya, di luar "family spirit" yang ingin diangkat, film ini ya tak lebih film action dar der dor. Kalau gak manusia menembak alien, ya alien memakan manusia. Tak lebih....

Tak ada hal baru dalam film ini. Ide dasarnya cuma mencontek film franchise Terminator. Di mana manusia dari masa depan datang dan masuk ke masa lalu untuk meminta bantuan. Dengan alat teleportasi yang konon tinggal menunggu waktu saja kemunculannya di masa datang. Alat seperti ini, berfungsi memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cepat. Pun dari satu masa ke masa sebelum atau sedudahnya. Ia kelak akan menjadi alat antar ruang dan waktu. Suatu tema yang selalu menarik didaur ulang oleh industri film Hollywood.

Lalu kenapa Partai Demokrat melalui Andi Mallarangreng dan jubirnya sedemikian bangganya dengan kemunculan SBY dalam film ini. Walau kemunculannya tak lebih dari satu detik. Ya satu detik! Dan lalu digoreng sedemikian rupa, seolah SBY adalah salah satu pemimpin dunia yang dianggap penting untuk menjaga perdamaian. Dan lalu bla bla bla, yang ujung-ujungnya dianggap sebagai bentuk kerinduan Indonesia terhadap figur kepemimpinan SBY.
Piye ya? Arep misuh kok malah nambah dosa. Ning yen ora misuh, pethuk kok kebangeten. Ini pertunjukan kepandiran!

Saya gak tahu, orang PD yang memberi pernyataan itu menonton film ini secara utuh atau tidak? Atau kalau iya, bisa membuat resensi film dengan baik atau tidak?

Bagi saya film ini justru merupakan olok-olok Hollywood terhadap betapa "negara" atau konsep bernegara itu sedemikian rapuh. Ia akan bubar secara otomatis bila aliens betul-betul muncul. Sependek yang saya tahu, banyak filosof kontemporer banyak meramalkan. Jangankan negara, agama terutama akan menjadi batal semua "fundamen teologis"-nya. Jika tiba-tiba aliens muncul dan menjadikan manusia sebagai bahan makanan! Ya bahan makanan sebagaimana pesan konyol film ini.

Hanya kehadiran aliens-lah yang dapat menghapus mitos manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Realitas lainnya, di film ini tak ada sedikitpun scene "menjaga perdamaian dunia". Bahkan akibat serbuan aliens di masa depan, konon populasi ras manusia dari hari ke hari menyusut hingga tinggal 10%. Kemunculan aliens membuat semua pakta pertahanan ambruk, karena tekanan massa. Bahkan jauh sebelum serbuan aliens itu betul terwujud. Batas-batas negara ambruk, karena orang kalang kabut tak tahu harus bersembunyi di mana.

Lalu tiba-tiba orang PD mengklaim kebanggaan mereka atas peran SBY. Hallow! Lalu kenapa hal ini bisa terjadi?

Dalam banyak komunikasi saya dengan beberapa orang yang bisa dipercaya. Kegundahan Keluarga Cikeas ini memang bukan tanpa alasan. Kepanikan itu memang sudah di puncak ubun-ubun. Konon gugatan Moeldoko akan dikabulkan oleh PTUN. Gugatan ini memang layak diterima karena, apa yang dituntutkan oleh para "kader yang mbalelo" itu logis secara hukum administrasi negara.

Mereka menuntut pembatalan Kongres sebelumnya yang seolah mengukuhkan partai ini seolah "partai keluarga". Di mana bapak dan anak nyaris berkuasa secara mutlak.

Padahal mereka anaka beranak ini telah memanipulasi sejarah partai ini. Mereka untuk kesekian ribu kali, melakukan kebohongan bahwa ternyata SBY sama sekali bukanlahpendiri partai. Ia hanya penumpang gelap yang kemudian ikut menunggangi. Karena keenakan dan dibiarkan, lalu bertindak suka-suka. Sesederhana itu...

Maka semua media, moment, isu, atau kesempatan digunakan untuk terus "mbuzzer" atau berdengung. Semua dikomentari, segala hal dinyinyiri. Hanya untuk diliput dan diberitakan media. Tak terkecuali, sebuah film yang sebagaimana film Hollywood yang lain suka comot sana-sini sebuah reportase pemberitaan dunia. Lalu didramtisasi sebagai menganggap penting dirinya. Dan kalau, kemudian banyak organ "memblow-up"-kannya ya tak lebih simbol kepandiran berjamaah yang sejati!

Kalau boleh saya membandingkan antara semangat film ini dan realitas keluarga SBY adalah sesuatu yang bertolak belakang.

Tokoh utama film ini Chris Pratt menyadari bahwa menyelamatkan anak semata wayangnya adalah sekaligus simbol menyelamatkan seluruh ras umat manusia. Di mana ia harus melacak akar masalahnya di hari ini. Dengan bantuan ayahnya, yang selama ini disalahpahaminya ia menemukan di mana persembunyian si "landak putih". Bahwa ternyata sekapal luar angkasa alien telah lama disembunyikan di sebuah gurun es. Dan dengan menghancurkannya di hari ini, maka lapanglah masa depan anaknya pun semesta dunia.

Sebaliknya SBY ini, kapal keluarga ini sudah karam sejak jauh hari sebelumnya. Sejak partainya terbukti banyak berbohong, dan para tokohnya terlibat dalam banyak praktek korupsi. Kepanikan si bapak memaksa si anak yang konon lulusan AKABRI terbaik, tapi ternyata karirnya macet. Si Ibu harus meninggal, karena penyakit aneh yang datang dengan cepat merenggut nyawanya. Si Bapak sebagai pemain watak, sudah semakin lelah kehabisan jurus untuk terus menerus melakukan manuver busuk.

Ia adalah contoh seorang ayah yang gagal menyelamatkan keluarganya. Boro-boro membangun dinasti, setiap hari kelakuannya tak lebih mempersiapkan peti mati!

Publik pun semakin memahami bahwa SBY itu bukan perawat kehidupan, apalagi kemanusiaan. Ia tak lebih pemimpi dan pelestari kekuasaan. Karena hanya dengan kekuasaan di tangan: kebohongan, kejahatan, dan kepandiran akan terus terjaga dan tak terbongkar. Kerakusan dan keserakahan manusia yang dalam film ini justru dianggap sebagai undangan selamat datang bagi para alien itu...

Lalu siapa para aliens jahat itu, ya para pemburu kekuasaan itu!

***