Kalaupun ada demo, jumlahnya hanya segelintir saja. Tidak ribuan orang seperti kejadian demo warga Tanjung Priok. Apakah itu karena Yasonna orang PDIP?
Itu yang dikesankan dari pernyataan Yasonna Laoly. Meski mungkin jika dilihat konteks nya, maksudnya bukan begitu.
Persoalannya mungkin karena Yasonna menyebut nama suatu daerah secara spesifik. Diucapkan dengan tone serius tidak di daerah bersangkutan sehingga menjurus pada labeling. Simak pernyataannya:
“Berikan saya 2 orang anak. Satu anak lahir di Menteng, ibu kaya, ayah kaya. Berikan saya juga anak dari Tanjung Priok, lahir dari ibu pelacur, bapak preman, kasih ke saya. Split them in years. Look at them who will be the criminal." - Yasonna Laoly
Dari pernyataan itu, ada persandingan antara "anak dari Tanjung Priok", "lahir dari ibu pelacur" dan kata "bapak preman". Apa yang segera tergambar dalam benak anda.
Kalau saya, ada upaya mengasosiasikan antara ketiga kata itu. Anak Tanjung Priok, lahir dari ibu pelacur dan bapak preman. Mungkin bukan itu maksud Pak Menteri, tapi itu yang segera tergambar tentang anak yang lahir di Priok.
Disebutkan nama Tanjung Priok menyebabkan juga resiko munculnya citra bahwa di situ adalah tempat para pelacur dan para preman. Kalau di Amerika mirip daerah Bronx lah.
Bronx terletak di ujung Pulau Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Kota ini penduduknya padat, miskin dan didominasi warga kulit gelap. Bronx, kerap diasosiasikan dengan hal-hal yang menakutkan, utamanya soal banyaknya kejahatan.
Anda bayangkan, nasib para jomblo kelahiran Tanjung Priok ketika menghadap calon mertua. Saat sang Camer mengetahui dia kelahiran Tanjung Priok, apa yang ada dibenaknya?
Baca Juga: Penjelasan Prof. Yasonna Laoly soal Tanjung Priok
Mungkin ada yang mengkaitkan masalah ini dengan pernyataan Prabowo soal "tampang Boyolali" saat pilpres lalu. Pernyataan itu menuai kecaman juga, bahkan oleh para pejabatnya.
Saat itu Prabowo bercerita soal Jakarta yang penuh gedung dan hotel mewah yang tidak bisa diakses warga kebanyakan, kecuali orang2 kaya tertentu.
Dia lalu bilang: "Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini. Betul?" kata Prabowo kepada para pendukungnya.
Dalam video berdurasi 6 menit itu, tak tampak hadirin memprotes pernyataan Prabowo. Mereka justru tertawa dan mendukung pernyataan eks Danjen Kopassus itu dengan jawaban 'betul'.
Kalaupun ada demo, jumlahnya hanya segelintir saja. Tidak ribuan orang seperti kejadian demo warga Tanjung Priok. Apakah itu karena Yasonna orang PDIP?
Menurut saya bukan itu masalahnya. Prabowo mengkaitkan Boyolali dengan kemiskinan, sedang Pak Menteri dengan "kriminalitas". Kemiskinan, lebih ringan tudingannya dibandingkan dengan kejahatan.
Selain itu, tone Prabowo disampaikan dengan nada bercanda. Responsnya adalah tertawa. Disampaikan juga di lokasi yang dia sebut, di Boyolali. Bukan di daerah lain, ngomong tentang Boyolali.
Mungkin Pak Menteri menyampaikan ucapannya secara serius sehingga orang Priok tidak tertawa. Ribuan turun demo hari ini. Marah!
Akhmad Danial
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews