Mereka tidak rela Indonesia mengambil alih hasil kekayaan sumber daya alam Papua, yang selama puluhan tahun bisa membuat negara mereka kaya raya.
"Papua dan Kepentingan Pihak Ketiga"
Berbuat kebaikan kepada orang yang bersyukur, maka kebaikan tersebut akan berbuah kebaikan yang lainnya, tapi ketika perbuatan baik tersebut salah alamat, balasannya adalah berbagai Ujian dari kebaikan tersebut.
Tuhan tetap menilai kebaikan tersebut sebagai sebuah Amal perbuatan, tetap saja perbuatan baik tersebut dianggap tidak ada nilainya bagi sipenerima kebaikan, karena bagi yang tidak bisa bersyukur, tidak bisa menikmatinya dan tidak memahami artinya bersyukur, itulah orang-orang yang Kufur nikmat.
Kaum separatis adalah kaum yang tidak bisa bersyukur terhadap segala perubahan, karena dikepala mereka isinya hanya doktrin perlawanan dan kebencian, karena kepentingan mereka terganggu oleh berbagai perubahan.
Menghargai kebaikan dianggap sebagai melemahkan perjuangan, itulah kenapa kaum seperti ini selalu merasa terasing dinegerinya sendiri, sedikitpun tidak ada niat untuk membuka hati.
Mereka hidup dibawah iming-iming pihak Ketiga tentang sebuah kesejahteraan hidup, tentang mimpi Indah hidup penuh gemah ripah.
Orang-orang yang biasanya dijadikan corong oleh pihak ketiga adalah orang-orang yang silau dengan kemewahan hidup, orang yang tidak mau bekerja keras, namun ingin menikmati hidup penuh kemewahan.
Orang-orang seperti ini biasanya menjauh dari kemiskinan, hidup dibawah ketiak pihak ketiga. Dia menjual penderitaan rakyat yang seakan-akan ingin dia bela, dan menjual isu penderitaan tersebut kepada pihak Ketiga.
Pihak Ketiga pun memanfaatkan isu tersebut untuk memanaskan situasi, mendesak kaum separatis untuk memperjuangkan nasib para saudaranya yang dianggap tertindas, padahal realitasnya tidaklah demikian.
Itulah yang dialami Timur Leste, yang memisahkan diri dari Indonesia. Belum siap secara ekonomi namun karena dipengaruhi kaum separatis, dan juga pihak Ketiga akhirnya memaksakan diri untuk Merdeka.
Apa yang dihadapi negara tersebut saat ini tidak terlepas dari campur tangan Tuhan, dan mereka menerima akibat dari sebuah pilihan yang sebetulnya tidak sepenuhnya benar.
Dan itulah Ujian dunia yang diterima rakyat negara tersebut saat ini, karena tidak pandai bersyukur, tidak mau menerima keadaan, dan ingin menikmati hidup sesuai dengan yang diinginkan. Akhirnya Hidup seperti kerakap diatas Batu, hidup segan matipun tak mau.
Inilah juga gejolak yang sedang terjadi di Papua, seakan-akan kaum separatis meniadakan perubahan yang sudah dilakukan Pemerintah, bahkan Pemerintah Indonesia dianggap sebagai kolonial, yang menjajah rakyat Papua.
Memang tidak seluruh rakyat Papua seperti itu, tapi kaum separatis yang sudah menikmati berbagai bantuan pihak ketiga, sudah mulai bermimpi dengan segala kesenangan hidup menikmati kemerdekaan Papua, namun mereka tidak menyadari kalau mereka pun akan masuk kemulut buaya.
Bayangkan BBM satu harga tidak dianggap sama mereka, bahkan dianggap tidak ada. Beberapa daerah yang sudah menikmati listrik setelah puluhan tahun bergelap gulita, tidak disyukuri sebagai sebuah perubahan yang nyata.
Beberapa pembangunan fisik yang direalisasikan agar Papua tidak tertinggal dengan daerah yang lainnya, bagi kaum separatis itupun tidak ada artinya, hanya kemerdekaan yang mereka inginkan, mereka terus bergerak mempengaruhi masyarakat Papua sesuai dengan pesanan Tuannya diluar negeri sana.
Bukannya tidak Ikut merasakan apa yang dirasakan saudara kita di Papua, penderitaan mereka sejak jaman orde baru sangatlah mengganggu pikiran, bagaimana tidak, daerah yang begitu Kaya tapi rakyatnya miskin papa.
Sementara negara yang mengeruk kekayaan Sumber daya alamnya, bisa memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya. Indonesia sendiri tidak makmur karena kekayaan Sumber daya alam tersebut, karena hanya sedikit sekali bagian yang didapat Indonesia.
Inikan sesuatu yang sangat ironis. Sekarang semua situasi itu sedang dibalikkan Pemerintah, namun tetap tidak bisa diterima oleh kaum separatis.
Karena apa? Karena dibelakang mereka adalah negara yang sebagian sumber penghasilannya sudah dirampas kembali oleh Pemerintah Indonesia, itu yang membuat mereka gusar, dan berusaha mempengaruhi rakyat Papua untuk menuntut kemerdekaan.
Mereka tidak rela Indonesia mengambil alih hasil kekayaan Sumber daya alam Papua, yang selama puluhan tahun bisa membuat negara mereka Kaya raya, itulah makanya mereka menggunakan para pembangkang di Papua sebagai Proxynya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews