Hanya Ahok yang bisa menghentikan karma yang mengerikan. Sebaiknya Ahok mencabut pernyataan akhirnya. Kasihan sekali kalau Ahok tidak mencabut doa penutup di persidangan di atas.
Makan korban. Netizen Indonesia punya ingatan luar biasa. Bahwa para pelaku kriminalisasi Ahok benar-benar dihinakan. Tak usah menyebut para orang. Tidak perlu menyebut Tengku Zulkarnaen, tidak juga Muhammad Rizieq Shihab, Ustadz Maheer, Ustadz Arifin Ilham, Haji Lulung, Mulyadi Tamsir. Tak usah menyebut mereka.
Dan, netizen Indonesia paling kejam. Paling anyar netizen ingat tentang pembuat opini sesat Sumber Waras, kriminalisasi hukum BPK Azhar Aziz. Faktanya tidak ada perbuatan kriminal dalam kasus Sumber Waras.
Yang masih hidup pun dihinakan, lainnya seperti Munarman, Bernard Abdul Jabbar, dan SBY yang partainya kisruh. Tak sampai di situ pembuat fatwa kriminalisasi Ahok oleh MUI, yakni Muhammad Zain An Najah pun ditangkap Densus 88 karena teroris.
Kompor provokasi kriminalisasi Ahok, selain SBY, ustadz Farid Okbah pejabat MUI pun ternyata teroris yang juga ditangkap oleh Densus 88. Tentu mulut nyinyir keluar dari 212 yang begitu bangga berhasil menyingkirkan Ahok dan mendudukkan Anies Baswedan – pejabat tak berguna bagi rakyat, seperti kalau presiden, ya SBY.
Buni Yani telah dihinakan, dibui. Orang yang menjadi pemicu kriminalisasi oleh Ahmad Zain An Najah, malah dipenjara. Padahal upaya membebaskan begitu gencar. Hanya karena ada operasi memaksa harus menghukum Buni Yani yang membuat dia dibui, dan ketika bebas menjadi sampah peradaban.
Bachtiar Nasir, dan beberapa provokator lain tinggal menunggu waktu. Publik juga tidak boleh lupa teroris dosen khilafah HTI Institut Pertania Bogor (IPB) Abdul Basith. Dia adalah aktor penting penggerak demo 4/11, dan 212 wilayah Bogor yang terkait dengan mobilisasi kaum radikal Bogor, dengan koordinasi ke Cikeas. Teroris Abdul Basith harus tetap diawasi karena aktivitasnya di daerah Tangerang Bogor, telah merekrut ratusan orang. Berbahaya.
Anwar Abbas pun kini menjadi sampah media sosial karena terbukti sesungguhnya dia tidak memiliki kualifikasi ulama sama sekali. Dia hanya provokator, penanda tangan fatwa kriminalisasi Ahok. Anwar Abbas menjadi pembuka kotak Pandora bahwa rezim SBY melepaskan jutaan hektar tanah untuk 1% penduduk yang nota bene para konglomet dan mafia tanah. Begitu dipermalukan.
Tak usah berbicara penandatangan fatwa MUI, Ma’ruf Amin, dia sudah mengaku di media massa karena terpaksa. Ya tidak ada manusia sempurna. Kekhilafan yang diikuti oleh tobat nasuha dan penyesalan.
Netizen menemukan fakta betapa doa Ahok mujarab, karma bekerja dengan sempurna: Gusti Ora Sare.
“Percayalah sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan, satu persatu dipermalukan. Terima kasih...".
Jika tidak maka dipastikan akan membuat semua yang terlibat was-was. Karena karma dan doa orang teraniaya pintu langit terbuka lebar tanpa sekat. Menuju ke Allah SWT.
Kemudian, Nabi Muhammad SAW juga bersabda bahwa doa orang yang terzalimi atau teraniaya tidak penghalang dan akan sangat mudah diijabah oleh Allah SWT.. Artinya: “Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (H.R. Bukhori dan Muslim).
Mengingat makin hari setiap yang terlibat kasus kriminalisasi Ahok, yang sejatinya adalah upaya Kudeta Makar terhadap Jokowi yang gagal total, menemukan titik kebenaran doa Ahok.
Hanya Ahok yang bisa menghentikan karma yang mengerikan. Sebaiknya Ahok mencabut pernyataan akhirnya. Kasihan sekali kalau Ahok tidak mencabut doa penutup di persidangan di atas.
Ninoy Karundeng.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews