Penghargaan dari pimpinan dan publik, serta negara adalah kebanggaan yang tak bisa dibeli dengan uang. Kebanggan yang tercatat sampai mati. Itu passion.
Ganteng. Gagah. Heroik. Film 21 Bridges dan Sang Prawira menampilkan aksi heroisme polisi dalam bertugas. Lebih seru dari film, dalam wujud nyata kembali Polda Metro Jaya berpihak ke rakyat kecil.
Korban mafia tanah 270 orang mendapatkan keadilan. Mafia tanah dan properti berhasil ditangkap. Juga pengamanan Jakarta terkait demo 212 lalu. Kegagalan mengelola keamanan Jakarta berakibat kerugian bagi publik bukan hanya Jakarta, namun juga Indonesia.
Mengikuti ruwetnya eksekusi tugas polisi sungguh menarik. Buat saya. Dari mulai melawan teroris, pengamanan represif, antisipatif, dan preventif. Kini dikembangkan ke arah pre-emptive measures.
Tak kalah serunya adalah bagian reserse. Ini terkait dengan intelejen. Terkait dengan penyidikan. Terkait dengan kecerdasan. Kejahatan melawan hukum yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Sangat kompleks.
Kejahatan yang terkait dengan keamanan dan ketertiban salah satu prioritas. Namun, yang publik tidak paham adalah kaitan dengan kejahatan ekonomi, penipuan yang bukan hanya menyasar kelompok orang berpunya, kaya, penguasa.
Kasus-kasus yang merugikan rakyat kecil seperti First Travel, Abu Tour, mafia tanah dan properti, bahkan dibungkus dengan syariah segala. Perlu tim yang sigap dan cerdas untuk membongkar kejahatan terkait mafia. Itu di pundak Polri.
Penunaian tugas yang patut diacungi jempol. Kegigihan dan prestasi mereka pun berujung penghargaan dari Kapolri Jenderal Idham Aziz.
Apa Wujud Penghargaan?
Salah satu kasus yang saya tulis. Mafia properti berbasis syariah dan juga mafia CPNS. Berkat mengungkap kasus pelik mafia properti dan mafia CPNS yang ditangani Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Berkat kesigapan mengungkap kasus kejahatan properti yang merugikan 270 orang dalam 1 X 24 jam, Kapolri Jenderal Idham Aziz pun memberikan penghargaan.
Lalu apa penghargaannya? Wujudnya? Duit? Bukan. Bagi aparat TNI/Polri penghargaan berupa kenaikan pangkat, mutasi, tour of duty, pendidikan dan sebagainya. Khusus pengungkapan kasus ini berupa pin emas. Hadiah kenangan yang tak akan lekang oleh waktu.
Penghargaan dari Kapolri bukan hanya diberikan kepada Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya (PMJ) Kombes Pol Suyudi Ario Seto, tetapi juga kepada 23 anggotanya di Subdit Harda, dan tiga anggota Wassidik.
Selain pengungkapan kasus, sebelumnya ada apresiasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. Tentang reformasi birokrasi dari institusi lain yang mendorong penghargaan dari Kapolri tersebut.
“Jaga nama baik diri dan institusi polri serta tumbuh kembangkan semangat keteladanan guna berbakti kepada bangsa dan negara,” kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Wahyu Hadiningrat mewakili Kapolda.
Selain itu dia juga menyampaikan pesan Kapolri yang memberikan apresiasi tinggi atas kinerja Polda Metro Jaya dan polres jajaran terkait penanganan reuni gagal 212 di Lapangan Monas, Senin (2/12/2019).
Itulah gambaran kerja, tantangan, dan penghargaan untuk aparat penegak hukum seperti Polri. Kisah seperti film 21 Bridges dan Sang Prawira dan kerja polisi di lapangan sungguh terdapat benang merah. Ya seperti itu. Itu pengabdian kepada bangsa dan negara.
Penghargaan dari pimpinan dan publik, serta negara adalah kebanggaan yang tak bisa dibeli dengan uang. Kebanggan yang tercatat sampai mati. Itu passion. Pin emas salah satunya! Bukan duit. Bravo Polri!
Ninoy Karundeng, penulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews