Biasanya anggota komisi III DPR sangat garang kalau rapat dengan mitra, tetapi mendadak layu saat menghadapi Mahfud MD, bahkan terkesan dikuliahi.
Rapat kerja anggota komisi DPR dengan mitra seperti menteri, pimpinan BUMN atau pimpinan lembaga pemerintah seringkali diwarnai pengusiran oleh pimpinan sidang.
Sudah berapa kali ada menteri atau pimpinan BUMN diusir dari ruang rapat oleh pimpinan sidang, hanya kadang masalah sepele atau yang tidak subtansial. Kadang hanya merasa kurang dihormati, pimpinan sidang bisa mengusir mitra DPR itu.
Pertanyaan-pertanyaan anggota DPR terkadang tendensius dan seperti orang marah-marah. Bahkan bebas mau ngomong atau ngatain apa saja.
Rapat Dengar Pendapat dengan anggota DPR seperti seorang mahasiswa menghadapi sidang skripsi atau uji tesis di hadapan dosen penguji. Harus siap mental dengan berbagai berondongan pertanyaan.
Namun, dalam Rapat Dengar Pendapat antara komisi III DPR dengan Kompolnas, Komnas HAM dan Menko Polhukam, Komisi III DPR mendapat lawan yang mumpuni.
Mahfud MD sebagai Menko Polhukam dan Ketua Kompolnas mendapat bombardir pertanyaan dari anggota DPR komisi III.
Seperti anggota DPR Desmond Mahesa yang begitu tajam bertanya kepada Mahfud MD terkait keberadaan Kompolnas yang dipertanyakan dalam kasus Sambo.
Desmond mempertanyakan, apakah keberadaan Kompolnas bermanfaat atau tidak. Bahkan, Desmon akan mengambil kesimpulan, manakala tidak bermanfaat akan dibubarkan.
Menanggapi pendapat Desmond,-Mahfud MD mempersilahkan DPR kalau akan membubarkan Kompolnas, karena dulu yang membuat juga DPR.
Mahfud MD sebagai pakar hukum tatanegara tentu tidak terlalu sulit melayani anggota DPR komisi III yang menyudutkan dengan pertanyaan-pertanyaan tajam. Ia cukup tangkas menjawab semua pertanyaan anggota DPR.
Sepertinya anggota komisi III DPR dikuliahi oleh Mahfud MD.
Kegarangan anggota DPR komisi III DPR dalam rapat dengar pendapat tidak nampak ketika menghadapi Mahfud MD.
Padahal biasanya, anggota komisi III DPR sangat garang kalau rapat dengan mitra.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews