Ketika Otsus sangat menguntungkan, maka perpanjangan Otsus sangat didukung oleh masyarakat.
Otonomi khusus adalah anugerah yang luar biasa bagi rakyat Papua, karena mereka makin makmur berkat dana Otsus. Tidak hanya dari segi ekonomi, kemajuan juga dirasakan di berbagai bidang, tidak terkecuali di sektor pendidikan.
Pada masa orde baru, Papua yang dulu bernama Irian Jaya masih identik dengan daerah yang penuh hutan perawan dan masih sedikit tersentuh oleh modernitas, maklum dulu masih sentralisasi sehingga pembangunan belum merata. Namun setelah era reformasi, ada desentralisasi sehingga tiap daerah diberi kewenangan untuk maju. Termasuk juga Papua yang ingin tumbuh dan memaksimalkan potensi sumber daya alamnya.
Otonomi khusus yang dimulai tahun 2001, sejak era (mantan) Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, adalah anugerah besar untuk Papua. Penyebabnya karena ada kucuran dana sampai triliunan rupiah. Jumlah yang sangat fantastis ini tentu tidak dibagi-bagikan begitu saja, melainkan dirupakan infrastruktur dan berbagai program yang akan memajukan rakyat di Bumi Cendrawasih.
Tokoh senior Papua yang juga penyusun draft Otsus tahun 2001, Michael Manufandu, menyatakan bahwa berbagai kemajuan yang ada di Bumi Cendrawasih tak lepas dari kebijakan Otsus, yang payung hukumnya adalah UU nomor 21 tahun 2001. Banyak hak orang Papua yang diangkat, salah satunya adalah pembentukan MRP (Majelis Rakyat Papua). Sehingga OAP (orang asli Papua) bisa bersuara untuk membangun daerahnya sendiri.
Michael menambahkan, tanpa adanya UU nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus, Papua tak mungkin punya 2 provinsi. Selain itu, pemerintah akan berusaha dekat dengan rakyat dan memberi layanan terbaik dan tercepat. Dalam artian, ketika ada 2 provinsi maka pelayanan terhadap masyarakat akan lebih dekat, sehingga mereka tidak perlu pergi jauh ke Jayapura.
Kemajuan yang ada berkat dana Otsus yang sudah sangat kentara adalah infrastruktur, di antaranya jembatan Youtefa yang berwarna merah dan berdiri dengan gagah. Selain menjadi penghubung, jembatan ini juga menjadi objek wisata yang menarik perhatian turis lokal maupun internasional.
Infrastruktur lain yang terbangun berkat dana Otsus adalah Jalan Trans Papua. Jalan yang membentang lebih dari 4.000 KM ini menjadi kebanggaan warga di Bumi Cendrawasih, karena baru pertama kalinya masyarakat di sana memiliki jalan yang lebar, bagus, dan mempercepat mobilitas. Sehingga mereka tak perlu lewat jalan setapak atau terpaksa melewati jalur udara yang biayanya sangat mahal.
Selain infrastruktur, dana Otsus juga dipergunakan untuk bidang pendidikan dan yang paling utama tentu pemberian beasiswa untuk para putra Papua. Mereka bisa menikmati pendidikan mulai dari SD hingga SMA secara gratis.
Bahkan juga bisa kuliah, jika memiliki prestasi bagus. Kampus yang dipilih pun tak hanya di Jawa atau pulau lain, tetapi juga bisa di luar negeri. Bahkan Gubernur Lukas Enembe juga pernah menghadiri wisuda mahasiswa asli Papua.
Keberadaan Otsus adalah anugerah terbesar bagi rakyat di Bumi Cendrawasih, karena mereka mendapatkan berbagai fasilitas dari pemerintah. Mulai dari pembentukan Majelis Rakyat Papua sebagai representasi dari perwakilan masyarakat asli Papua, pemberian dana Otsus untuk infrastruktur, sampai ke bidang pendidikan. Semua ini demi kemakmuran dan kemajuan di Bumi Cendrawasih.
Ketika Otsus sangat menguntungkan, maka perpanjangan Otsus sangat didukung oleh masyarakat. Penyebabnya karena setelah 20 tahun, sudah terlihat berbagai perubahan yang terjadi berkat dana Otsus. Infrastruktur modern sudah dibangun dan mobilitas masyarakat lebih cepat. Selain itu, kehidupan masyarakat membaik dan anak-anak bisa menikmati beasiswa sampai ke tingkat perguruan tinggi. (Rebecca Marian, mahasiswa Papua tinggal di Jakarta)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews