Tetapi ketika KPK berhasil menangkap buronan, yang mendapat perhatian publik adalah individu Novel Baswedan. Bukan lembaga KPK dengan lima pimpinan kolektif kolegial.
Mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) yaitu Nurhadi dan menantu akhirnya ditangkap atau dicokok KPK ditempat persembunyiannya yang tak jauh dari gedung KPK. Nurhadi dan menantu menjadi buron KPK dibawah pimpinan KPK Firli Bahuri.
Tetapi ada sesuatu yang berbeda terkait penangkapan buron KPK ini. Apanya yang berbeda?
Setelah ramai tersiar kabar terkait penangkapan buron KPK yaitu Nurhadi, mantan pimpinan KPK yaitu Bambang Widjojanto melalui komentar atau cuitannya mengucapkan pujian dan ucapan terimakasih kepada Novel Baswedan yang memimpin tim penangkapan buron KPK tersebut.
Dari mana Bambang Widjojanto tahu kalau yang memimpin penangkapan buron Nurhadi adalah Novel Baswedan? Tentu ada internal KPK yang memberi tahu atau memasok informasi kepada yang bersangkutan atau malah Novel sendiri yang memberi informasinya.Ini cukup aneh. Seorang mantan pimpinan KPK masih bisa mendapatkan informasi penangkapan buron dari internal KPK. Ini menunjukkan bahwa KPK memang ada faksi dan friksi.
Padahal, selama ini KPK sudah menangkap ratusan kuroptor memalui Operasi Tangkap Tangan atau OTT dan menangkap buron yang kabur sampai keluar negeri, dan tidak pernah diekspose atau diberitahu nama pimpinan yang menangkap koruptor atau buron. Semata-mata untuk melindungi anggota KPK supaya tidak menjadi incaran balas dendam.
Kalau tim pimpinan yang menangkap koruptor atau buron dieskpose seperti yang dilakukan mantan pimpinan KPK yaitu Bambang Widjojanto artinya justru tidak melindungi anggota KPK dari ancaman pihak tertentu. Kecuali ingin menunjukkan heroisme Novel Baswedan.
Tentu ada maksud tertentu dari ekspose yang dilakukan mantan pimpinan KPK tersebut. Seolah berkat jasa Novel Bawesdan buron Nurhadi bisa ditangkap. Bahkan media mainstream juga memframing itu, bahwa penangkapan buron Nurhadi berkat jasa Novel Baswedan.
Apakah penangkapan buron Nurhadi atas inisiatif Novel Baswedan sendiri selaku pimpinan penyidik atau atas keputusan kolektif kolegial lima pimpinan KPK dengan ketua Firli Bahuri?
Dan tanpa bantuan atau koordinasi dengan Polri mustahil KPK bisa menangkap baik itu koruptor OTT atau buronan. Apalagi mantan Sekretaris MA Nurhadi bukan orang sembarangan. Konon yang menjaga mereka pengawal khusus baik swasta atau oknum aparat.
Selama ini diksesankan pimpinan KPK di bawah ketua Firli Bahuri tidak serius menangkap buron dan minim OTT atau istilahnya "mlempem". Tetapi ketika KPK berhasil menangkap buronan, yang mendapat perhatian publik adalah individu Novel Baswedan. Bukan lembaga KPK dengan lima pimpinan kolektif kolegial.
Aneh bukan? Padahal selama ini pimpinan KPK sering mendapat cibiran dari LSM, seperti ICW, MAKI karena dianggap mlempem atau sudah tidak bertaji lagi.
Mengapa Bambang Widjojanto tidak fokus kerja sebagai ketua komite pencegahan korupsi di Pemprov DKI saja? Apalagi banyak bantuan sosial yang tidak tepat sasaran dan rawan korupsi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews