Setelah Prabowo Merapat ke Pemerintah, PKS Ditinggal Sendirian

Mereka menjadi faktor kekuatan untuk mendukung Jokowi dalam melawan wabah baik skala besar maupun kecil di sekeliling siapa pun, termasuk Staf Khusus Presiden di Istana.

Sabtu, 2 Mei 2020 | 15:04 WIB
0
283
Setelah Prabowo Merapat ke Pemerintah, PKS Ditinggal Sendirian
Prabowo di markas PKS (Foto: IDN Times)

Top. Prabowo tampil membela Jokowi. PKS meradang lewat pernyataan Jubir PKS Handi Risza. Kadrun pun ciut. Namun mereka langsung mencaci maki Prabowo lewat media sosial. Itu kalangan mereka.

Saat Prabowo masuk ke Pemerintahan Jokowi, banyak relawan Jokowi juga berteriak. Marah. Ngamuk. Ngambek. Nyebrang bahkan. Bagi saya keputusan Jokowi bukan sembarangan. Ada instink politik luar biasa Jokowi. Tak terbayangkan jika saat ini Prabowo menjadi bagian dari oposisi.

Jebakan Batman

Publik harus cerdas pula. Jika suara disuarakan oleh LSM, Komnas HAM, KPI, KPAI, dan kelompok Anies Baswedan, Fadli, Rizal Ramli, Jusuf Kalla, dan para proxy-nya baik di dalam pemerintahan Jokowi maupun di luar, maknanya sebaliknya.

Misalnya teriakan Lockdown oleh Jusuf Kalla dan konco-konconya jangan sampai dituruti. Itikad makna mereka sebaliknya. Jika mereka pakai makna sebaliknya dua tingkat, ikuti juga sebagai jebakan.

Intinya, harus cermat menghitung karena cara dan strategi komunikasi kelompok. Kini, kaum kadrun tengah menggoreng mengritik Jokowi. Dia disuruh meniru Vietnam. Lah ini jebakan Batman. Nanti Jokowi dituduh pro-komunis. Lockdown di Indonesia pasti akan membuat chaos. Cukup Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) praktis dan efektif.

Jokowi Sendirian

Saat ini, Jokowi memahami bahwa dia memang nyaris sendirian. Hanya relawan yang berteriak membela kebijakan Jokowi. Kalangan partai pendukung Jokowi di Senayan diam: melihat situasi, memandangi langkah Jokowi.

Dalam politik, semua situasi adalah kesempatan. Bahkan di tengah wabah Corona pun menjadi peluang. Untuk mencuri dan korupsi kalau perlu. Jokowi pun memeringatkan dengan tegas. Didukung oleh KPK yang berjanji akan mengejar pelaku korupsi. Untungnya ada Perppu Corona. Dikira aman.

Erick Thohir mengungkapnya. Mafia alkes di tengah wabah Corona. Entah situasi apa yang mereka tunggu. Para politikus bagai burung nazar berdiri mengelilingi korban, meskipun belum tentu target telah mati. Dari partai Adian Yunus ingin nama mafia disebut, padahal dugaan permainan mafia lewat pembelian via broker.

Yang saat ini dihadapi Jokowi bukan hanya perang melawan virus Corona. Namun lebih dari itu. Bau menyengat KKN yang menyebabkan dua Staf Khusus Presiden juga menjadi perhatian Jokowi. Bukan Jokowi kalau tidak memiliki strategi khusus. Untuk menghantam orang dekatnya. Dia orang Jawa yang lihai menahan perasaan, meski penuh kekuatan,

Jokowi tahu di balik kelakuan Staf Khusus Presiden Milenial Belva dan Andi Taufan, ada kekuatan yang Jokowi sendiri sudah paham. Di tengah polemik. Keluarlah Donny mantan suami Rieke Dyah Pitaloka. Dia membela Belva. Tentu Jokowi jadi lebih tahu lingkarannya. Siapa dan untuk siapa seseorang bekerja di Istana. Lalu Jokowi menarik lebih dalam dan panjang: siapa di balik mereka!

Kartu Pra Kerja, PKH, aneka jaring pengaman sosial, dan kebijakan lain senilai Rp405 triliun menjadi perhatian Jokowi. Salah satu yang Jokowi harus perhatikan soal pendidikan vokasi dan pelatihan online. Kritikan ini menjadi relevan karena juga disuarakan oleh kalangan relawan dan Nahdliyin – basis terbesar pendukung Jokowi selain kaum minoritas etnik dan agama.

Strategi Jitu Lawan Kaum Ngeyel

Virus Corona terus memakan korban, orang yang terpapar virus Corona 8.607, dengan akumulasi kematian 720. Yang sembuh 1.042 orang. Seluruh provinsi di Indonesia telah terjangkiti.

Jokowi hati-hati dalam mengambil kebijakan terkait penanganan terhadap Corona. Jokowi menerima banyak masukan. Tidak ingin seperti Spanyol dan Italia yang konyol. Atau Belgia, atau Amerika Serikat. Tak juga Brazil yang meremehkan virus – persis seperti kelakukan para anggota Jamaah Tabligh dan kaum pemercaya tahyul.

Brazil kini akan jadi spot panas baru menyusul Amerika Serikat, dengan kematian mencapai 4.057 sejak kasus pertama kematian pada 3 April 2020. Lonjakan besar karena Bolsonaro meremehkan virus Covid-19.

Jokowi paham karakter rakyat Indonesia yang bandel, ngeyel. Sampai istilah mudik dan pulang kampong saja dieyeli sampai berdarah-darah. Termasuk oleh eks Cebong berjudul Najwa Shihab yang suaminya bekerja di Klan Cendana ternyata. Tujuannya ya melawan kebijakan pemerintah. Apapun yang Jokowi kerjakan akan dikritik habis. Demi klik dan kisruh. Chaos. Lalu menyingkirkan Jokowi.

Dukungan BIN TNI/Polri Relawan

Untuk melawan mereka semua, hanya BIN TNI/Polri dan Relawan yang diandalkan oleh Jokowi. Jokowi tentu menghitung. Tak heran melalui kebijakan Maklumat Polri, pelibatan Doni Monardo. Pengangkatan Menkes yang militer, Menag militer, Menteri BUMN orang non-partai. PLN-Pertamina non-partai.

Di bidang media sosial, dan media kalau sudah NKRI yang dirongrong oleh LSM dan kaum asing. Maka relawan Jokowi pun akan turun tanpa bayaran. Melupakan kasus Rp72 M yang entah ke mana. Politisasi aksi ambil posisi soal Ravio Patra pun hanya urusan kecil. Yang komentar nyinyir mendukung Ravio Patra ya yang ambisius untuk nyapres 2024. Siapa pun dia.

Mereka menjadi faktor kekuatan untuk mendukung Jokowi dalam melawan wabah baik skala besar maupun kecil di sekeliling siapa pun. Termasuk Staf Khusus Presiden di Istana kalau perlu, juga disikat secara signified. Itulah Jokowi. Dan, Prabowo membuang kaum segregatif PKS. Dia Sang Nasionalis membuktikan dukung Jokowi. Top.

Ninoy Karundeng, penulis.

***