Mewaspadai Gerakan Teroris “Lone Wolf”

Ada yang berkelompok, juga berdiri sendiri layaknya lone wolf. Masyarakat diimbau untuk terus mewaspadai orang-orang maupun pihak yang dinilai mencurigakan.

Jumat, 15 November 2019 | 08:38 WIB
0
288
Mewaspadai Gerakan Teroris “Lone Wolf”
Foto: rentetan.com

Teror bom bunuh diri terjadi di Mapolresta Medan pada Rabu (13/11/2019). Hasil investigasi awal Polisi menduga bahwa pelaku beraksi sendirian (lone wolf) dan tidak terafiliasi dengan kelompok tertentu. Pergerakan lone wolf cenderung sulit terdeteksi karena pelaku langsung terpapar radikalisme dari media sosial, sehingga sinergitas masyarakat dan pihak keamanan perlu untuk ditingkatkan. 

Insiden Bom Bunuh Diri kembali terjadi di Medan, Sumatera Utara. Hal ini ditengarai berhubungan dengan Lone Wolf. Sepertinya insiden semacam ini sering terjadi menjelang hari-hari besar seperti Natal dan acara Tahun Baru. Dari beberapa kejadian biasanya bertepatan dengan hari-hari seperti ini. Bukan tak mungkin kelompok yang menaungi sang pelaku sengaja melakukanya untuk suatu alasan. Melemparkan rasa takut dan kekhawatiran serta mengintimidasi pemerintahan.

Berkenaan dengan itu, apakah maksud dan lone wolf yang dinilai banyak pihak sangat meresahkan? Aksi lone wolf ini umumnya dilancarkan oleh anak muda serta dilakukan secara mandiri. Sesuai dengan namanya, lone berarti berdiri sendiri. Artinya mereka melakukan penyerangan secara mandiri dan tidak terkait dengan jaringan atau kelompok manapun. Termasuk dalam merakit bom sendiri, hingga mencari target-pun juga sendiri. Hal ini dilakukan karena mereka menganggap jika melakukannya secara berkelompok akan lebih mudah untuk dideteksi oleh aparat keamanan.

Apalagi gerakan ini terbentuk oleh peranan internet. Yakni propaganda serta provokasi yang diuarkan melalui media sosial tampaknya berhasil mempengaruhi. Sebab, jiwa muda ini tentunya masih labil dan mudah untuk disusupi paham-paham menyimpang seperti radikalisme dan terorisme. Sementara teror lone wolf di Medan ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Setidaknya terdapat 3 aksi lone wolf yang pernah berlangsung di Indonesia. Yakni, penyerangan di Mapolresta Solo, Gereja di Medan serta penyerangan Polisi di daerah Tangerang. Untuk bom bunuh diri di Medan ini masih didalami motif yang melatarbelakanginya.

Namun menurut Pendeta Albertus Patty selaku menurut Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), fenomena lone wolf bisa saja akibat luka batin berkat suatu peristiwa. Yang akhirnya menimbulkan kemarahan serta upaya balas dendam terhadap pihak tertentu. Bisa juga akibat tekanan sosial ekonomi.

Definisi lain dari Burton dan Stewart dalam esai Stratfor, bahwasanya mereka mendefinisikan satu-satunya pelaku sebagai orang yang bertindak sendiri tanpa adanya perintah dari atau bahkan koneksi ke suatu kelompok. Lone wolf merupakan seorang agen yang mampu melakukan aktivitas diri kapan saja. Kendati demikian, Burton menegaskan meski tak ada koneksi dengan jaringan atau organisasi. Tak menutup kemungkinan mereka mempunyai jaringan atau kelompok melalui kontak privat maupun konten inspirasional lewat internet.

Sebelumnya, Gerak-gerik Rabbial Muslim Nasution (pelaku bom bunuh diri) dicurigai ketika hendak masuk ke Mapolrestabes Medan, Sumut. Rabbial mengaku ingin mengurus SKCK saat diperiksa, namun kemudian dirinya meledakkan bom di depan halaman Mapolrestabes Medan. Sebagai informasi, pelaku ini menggunakan atribut ojek online. Namun, ketika diperiksa tak ditemukan benda mencurigakan melalui jaket, tas maupun atribut lainnya.

Dari insiden ini dilaporkan enam orang terluka. Empat korban luka merupakan personel Polri, satu orang adalah pekerja harian lepas sementara satu lainnya adalah warga. Beserta sejumlah kendaraan yang terparkir di halaman Mapolrestabes Medan mengalami kerusakan.

Berapa barang yang turut diamankan, ialah baterai berdaya 9 volt, pelat besi metal, kemudian ada paku yang berjumlah cukup banyak dengan berbagai ukuran. Beberapa irisan kabel termasuk tombol on/off.
Tim penjinak bom (jibom) dari Polda Sumut juga melakukan penggeledahan rumah di Pasar 1 Marelan, Medan Marelan.

Rumah tersebut diduga sebagai kediaman pelaku bom bunuh diri. Menurut keterangan kepala lingkungan, rumah tersebut baru ditinggali sekitar 1 bulan. Yakni tersangka bersama istrinya. Dari penggeledahan itu polisi berhasil membawa pipa besi sepanjang sekitar 2 meter, sebuah tas hitam, keranjang anyaman yang didalamnya banyak terdapat kabel-kabel, anak panah, dan juga sebuah koper hitam.

Maraknya perkembangan aksi terorisme ini kian meresahkan warga. Ada yang berkelompok, juga berdiri sendiri layaknya lone wolf. Masyarakat diimbau untuk terus mewaspadai orang-orang maupun pihak yang dinilai mencurigakan.

Sendiri maupun berkelompok, pergerakannya perlu diwaspadai mengingat kini keselamatan jiwalah yang menjadi sasaran. Jangan sampai lengah, hindari juga intensitas penggunaan internet diluar kepentingan yang tidak bersifat urgensi. Semoga insiden ini awal terbukanya jalan untuk meringkus seluruh organisasi terkait.

***