Berkoalisi biasanya sebelum pertandingan dimulai, tetapi ini setelah pertandingan selesai. Mereka tidak ikut berkeringat,malah ingin menusuk atau menjungkalkan.Hanya tidak berhasil.
Akhirnya Mahkamah Konstitusi atau MK menolak semua gugatan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang diajukan oleh tim kuasa hukumnya. Dan hasil keputusan MK adalah bersifat final dan mengikat. Tidak bisa diganggu-gugat lagi. Suka tidak suka-semua harus tunduk pada putusan MK.
Dan Komisi Pemilihan Umum atau KPU bisa bersidang atau rapat untuk menetapkan secara hukum kepada pasangan Jokowi-Makruf Amin sebagai pemenang pilres 2019.Dan menunggu pelantikan Jokowi-Makruf Amin sebagai presiden dan cawapres pada bulan Oktober 2019.
Nah,sekarang masyarakat harus mengawal atau mengkritisi langkah politik presiden Jokowi dalam pemerintahan kedepan. Jangan sampai terjadi "Politik LBGT".
Apa itu Politik LBGT?
Seperti kita ketahui, dalam dunia LBGT --jenis kelamin nomor dua-- yang penting kasing sayang dan kesetiaan. Dan disimbolkan dalam bendera warna-warni atau pelangi.
Dalam dunia politik tanah air-hampir mirip-mirip seperti dunia LBGT. Yang penting sepakat dan setia mendukung. Ideologi partai bukan jadi penghalang atau jurang pemisah. Asal ada deal-deal politik dan sepakat untuk hidup bersama dalam bentuk koalisi. Terkadang berganti peran,kadang ditunggangi dan kadang menunggangi.
Makanya ada istilah: dalam politik tidak ada lawan maupun kawan yang abadi,yang ada kepentingan yang abadi.
Awalnya menjadi lawan tanding dalam perebutan kekuasaan pilpres 2019,yang penuh dengan caci dan maki.Bahkan saling serang dan membuka kelemahan masing-masing lawan politiknya. Sampai-sampai menuduh, bahwa pemilu penuh kecurangan secara terstruktur, sistematis dan masif. Dan sampai titik darah penghabisan yaitu perjuangan yang berakhir di Mahkamah Konstitusi.
Tetapi caki-maki bisa berubah menjadi puja-puji dan peluk-cium saling berangkulan,manakala deal-deal politik atau pembagian kue kekusasan sudah ada kesepakatan.
Pembagaian kue kekuasaan adalah hal yang wajar, kalau kue itu dibagi kepada pendukung yang berkeringat dari awal. Tetapi kalau kue itu dibagi kepada lawan politik yang membuat suasana panas, bahkan nyaris membakar Ibu Pertiwi tentu itu tidak elok dan etis. Sekalipun dengan alasan "rekonsiliasi".
Kalau nanti benar terjadi pembagian kue kekuasaan kepada lawan tanding yang membuat pilpres terasa panas, maka inilah "politik LBGT". Terjadi anomali yang membuat organ-organ menjadi konslet.
Memang secara sistem politik.Indonesia menganut sistem presidensial. Tetapi mempunyai cita-rasa parlementer atau oposisi.
Awalnya menjadi lawan tanding.Tetapi setelah tahu kalah,mereka masih bisa bergabung atau koalisi dengan pihak pemenang untuk merasakan manisnya kue kekuasaan. Tentu tidak ada yang geratis dalam memberikan dukungan politik.
Berkoalisi biasanya sebelum pertandingan dimulai, tetapi ini setelah pertandingan selesai. Mereka tidak ikut berkeringat,malah ingin menusuk atau menjungkalkan.Hanya tidak berhasil.
Awas "Politik LBGT"!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews