Bagaimanapun, berpolitik dagang sapi dengan Nasdem lebih gampang ketimbang berhadapan dengan PKS.
Sampai dunia ini meledak tidak bakal ketemu spesies sapi jenis ini.
Demikian pula target ataupun angan-angan apapun bahwa Anies Baswedan menjadi Presiden Indonesia menggantikan Pak Jokowi.
Dengan analisa apapun, dia tidak bakal menjadi Presiden.
Mengapa ?
Jikapun Anies menjadi anggota Nasdem, dia akan terganjal oleh isu primordial yang melekat di negara manapun, jika menyangkut kepala negara.
Anies itu keturunan Arab. Bukan pribumi. Saya benci dengan pahaman rasis model begini. Namun sebagian besar orang Indonesia menegaskan bahwa Presiden Indonesia harus pribumi. Bukan keturunan.
Faktor lainnya adalah reputasi buruk dia yang didukung oleh kelompok Muslim intoleran. Pilkada di Jakarta yang menumbangkan Ahok begitu membekas dalam sanubari mereka yang berpahaman moderat dan yang non Muslim.
Alasan lain mengapa Anies tidak mungkin jadi Presiden adalah karena factor Prabowo Subianto yang kemungkinan besar akan menggantikan pak Jokowi. Bagaimanapun, adalah Prabowo yang menjadikan Anies jadi Gubernur DKI yang terus melenggang dengan kebijakan dia yang aneh dan boros tanpa ada perlawanan sedikitpun dari DPRD.
Tidaklah elok melawan orang yang mengangkat dia dari keterpurukan politik.
Jadi diatas kertas, sangatlah sulit bagi Anies Baswedan menjadi Presiden Indonesia.
Lalu mengapa Nasdem mendapuk dia jadi capres ?
**
Bagi saya, ini cara Nasdem merebut ceruk suara pendukung Anies yang sebagian besar adalah kelompok Islam dan mereka yang kecewa terhadap kinerja Jokowi.
Ceruk suara pendukung Anies dengan symbol Islam sangatlah besar . Jumlah mereka cukup signifikan bagi Nasdem untuk menjadi broker kekuasaan dan mampu membanderol merknya menjadi sangat mahal.
Jadi siapapun yang menjadi Presiden nanti, Nasdem lah yang akan juga menentukan bentuk pemerintahan pusat pasca Jokowi.
Sementara itu, dukungan kuat kelompok Islam pro Anies bakal menguntungkan Nasdem dalam meloloskan lebih calon kepala daerah mulai dari gubernur hingga walikota di daerah-daerah.
Mereka - kepala daerah dan calon legislatif - yang diboyong Nasdem secara otomatis sudah dibekali wild card untuk meraih suara Islam.
Jadi tujuannya nampaknya kesitu dan Anies paling mentok bakal jadi Gubernur DKI lagi.
Dengan catatan koalisi gajah Gerindra PDIP berhasil meloloskan scenario yang sudah dirancang sejak lama yakni Presiden berikutnya adalah Prabowo dan wakilnya Puan Maharani.
Sementara Pak Jokowi akan duduk dikabinet sebagai menteri senior atau menteri di atas menteri.
**
Dari itu, Surya Paloh tidak perduli dengan sejumlah kader Nasdem ramai-ramai mundur sebagai tanda protes atas keputusan Nasdem mendapuk Anies sebagai capres partai ini.
Sebagai politisi senior yang tanpa segan menendang Hari Tanoe dari Nasdem, keputusan mendapuk Anies sangat strategis bagi keberlangsungan partai itu.
Mencalonkan Anies sejak awal, secara efektif menjegal rencana PKS memanfaatkan isu Islam yang sukses besar di pemilu 2019 lalu.
Suara partai ini naik termasuk jumlah wakilnya di DPR dan DPRD. Ini karena Gerindra dan PKS trampil menggoreng isu Islam hingga kubu Jokowi dan NU saat ini bekerja sangat keras untuk memenangkan suara di Jawa Barat.
Nasdem juga ingin mengulang scenario manis 2019 karena berkat dukungannya ke Jokowi, suara partai ini juga naik. Demikian dengan jumlah kepala daerah ketika Pilkada kemarin.
Karena pak Jokowi tidak lagi bisa jadi presiden, Nasdem mesti berputar strategi untuk mengulangi kejayaan lima tahun lalu. Yakni menjadi broker pengumpul suara Islam dan anti Jokowi dengan mengedepankan figure Anies Baswedan, yang di mata pendukungnya adalah seorang Islamis yang didzolimi Jokowi.
Karena itu, tidak heran jika PKS nampak lunglai tanpa daya karena ceruk suara terbesar direbut Nasdem sejak awal.
Koalisi Gajah Gerindra-PDI-P juga lega dengan maneuver Nasdem yang membuat PKS tidak lagi sebagai kuda hitam di 2024.
Bagaimanapun, berpolitik dagang sapi dengan Nasdem lebih gampang ketimbang berhadapan dengan PKS.
Jadi, demi kepentingan politik yang lebih besar itu, apa boleh buat mereka yang mundur dari Nasdem karena tidak setuju dengan pencalonan Anies, hanya dianggap Surya Paloh sebagai butiran debu politik
Yang
Sama sekali
Tidak Penting.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews