Memang apa yang saya sampaikan adalah penjelasan ilmiah ketimbang penjelasan politik, saya berharap ditanggapi secara ilmiah, bukan secara politik!
Mengingat meluasnya kesalah-fahaman serta akibat tidak mendengarkan pidato saya secara utuh di Lapas Narkotika Cipinang. Yang kemudian diplintir oleh-oleh orang orang tertentu, dengan pemahaman tidak BENAR, dan jauh dari substansi yang dimaksudkan. Untuk itu, saya ingin meluruskannya.
Acara di Lapas Narkotika Cipinang tersebut juga dihadiri oleh Ka. BNN, Ka. BNPT, yang mewakili Kapolri, dan perwakilan beberapa Kementerian Lembaga. Penjelasan saya tentang faktor criminogenic dari kimiskinan justru diapresiasi oleh Ka. BNN dan Ka.BNPT. Tujuan saya menjelaskan agar masyarakat tidak mempunyai pandangan yang terlalu punitive terhadap para narapidana, sebab “crime is a social product instead of genetic product”!
Sebelum saya meneruskan, saya perlu menjelaskan: saya adalah Doktor dalam bidang Kriminologi dari universitas yang cukup reputable dari Amerika Serikat.
Disertasi saya berjudul: “The Effectcs of Economic Conditions on Violent and Property Offending Rates.” Saya sungguh prihatin dengan komentar-komentar yang justru jauh dari nilai-nilai kepatutan, memberi komentar yang jauh dari maksud dan substansi yang sesungguhnya.
Saya pidato bahwa crime is a social product, al: faktor kemiskinan, pengangguran, kesenjangan pendapatan (faktor ekonomi), disintegrasi sosial, dll. Faktor genetic itu tidak signifikan menentukan kejahatan, kalaupun ada, faktor determinannya sangat kecil. Maka, oleh karena kejahatan adalah product social problems, maka masyarakat harus turut menyelasaikan faktor-faktor criminogen tersebut.
Karena faktor kemiskinan, maka daerah-daerah slums areas (daerah kumuh) lebih cenderung melahirkan lebih banyak crime dari daerah elit. Contoh daerah slums (kumuh) di Tj Periok dibanding daerah Menteng, lebih cenderung (probalitas) memiliki tingkat kejahatan lebih tinggi.
Itu bukan karena faktor genetik atau biologis. Seorang jahat atau cenderung melakukan kejahatan bukan karena dari sononya (genetiknya) dia jahat. Itu teori tempo doeloe, yaitu teori Cesare Lombroso. Namun, hasil-hasil penelitian empirik para kriminolog dan sosiolog membuktikan tidak benar!
Itu sebabnya, untuk membasmi kejahatan, tidak cukup hanya mengirim orang-orang ke penjara tapi kita harus menyelesaikan root causes-nya yaitu memperpaiki daerah-daerah slums (kumuh), miskin, meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendidikan. Dan ini tanggung jawab kita bersama. Karena crime is a social product, maka masyarakat juga turut bertanggung jawab secara sosial dan moral untuk membasmi akar masalahnya (root causes).
Kemudian pidato ini dipelintir sedemikian rupa, seolah-olah orang-orang Tanjung Priok semua adalah penjahat. Menyedihkan sekali mengambil kesimpulan seperti itu, jumping into conclusion without knowing the whole story.
Teman-teman anggota DPR tentu punya akses ke Ka.BNN (Komjen Heru Winarko) dan KA. BNPT (Komjen. Suhardi Alius) coba dicross-check! Jangan kita mengambil kesimpulan tanpa memahami konteks seutuhnya.
Saya bahkan membuat contoh ekstrim utuk menunjukkan perbedaan penyebab kejahatan antara faktor genetik dan sosial ekonomi.
Saya contohkan: Beri saya dua orang bayi: satu anak bayi yang lahir dari Ibu PSK dan ayahnya bandit dari slums areas misalnya dari daerah slums di Tj Priok dan Anak orang yang sangat berkecukupan dengan Ibu sangat terdidik dan ayah pengusaha misalnya dari Menteng.
Kemudian kita tukar, bayi yang dari Tj Priok diperlihara oleh Ortu yang di Menteng, dan anak dari Menteng dipelihara di daerah kumuh oleh ortu yang bermasalah tersebut, lihat 20 tahun lagi, siapa yang punya kecenderung (propensity) to commit crime?
Saya yakin justru anak terlahir dari Menteng tersebut yang lebih cenderung terekspos pada perbuatan-perbuatan kriminal ketimbang anak yang terlahir dari ayah dan Ibu dari Tj Priok tersebut.
Karena, crime is determined by socio-economic factors rather than genetic factors. Inilah inti penjelasan yang diplintir tersebut!
Jadi itu bukan menunjukkan daerahnya, tapi socio-economic conditions, dan sudah tentu tidak mengeneralisasi daerah Tj. Priok.
Terkadang media juga membuat berita yang tidak utuh, justru mengaburkan substansi. Memang apa yang saya sampaikan adalah penjelasan ilmiah ketimbang penjelasan politik, saya berharap ditanggapi secara ilmiah, bukan secara politik!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews