Cebong dan Kampret Biarlah Eksis Sepanjang Zaman

Cebong dan Kampret adalah aset besar dalam politik nasional. Di tangan mereka, politik akan menjadi lebih sederhana. Cukup dengan dua pilihan dalam pertarungan politik ke depan.

Jumat, 28 Juni 2019 | 10:48 WIB
0
661
Cebong dan Kampret Biarlah Eksis Sepanjang Zaman
Ilustrasi Cebong dan Kampret (Foto: Redaksi Indonesia)

Bila tidak ada aral melintang, sesuai aturannya maka Joko Widodo dan Ma’ruf Amin pada Minggu 30 Juni 2019 atau tiga hari setelah keputusan Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menetapkan mereka menjadi presiden dan wakil presiden terpilih.

Banyak pihak kemudian menyuarakan agar Jokowi dan Prabowo Subianto membuat rekonsiliasi atau pemulihan hubungan perhabatan seperti sediakala. Tujuannya adalah untuk merajut hubungan baik di lapisan bawah pendukung mereka masing-masing yang selama ini berlawanan.

Mereka menginginkan Cebong sebagai pendukung Jokowi dan Kampret sebagai pendukung Prabowo agar akur. Mereka agar melebur menjadi satu kesatuan sebagai satu bangsa untuk membangun negeri.

Tetapi, rekonsiliasi seperti itu sebenarnya tidak perlu dipaksakan secara politik. Biarkan Cebong dan Kampret tetap berbeda bahkan saling berseberangan seperti sekarang, karena mereka memang berbeda DNA --asam deoksiribonukleat (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme politik.

Kenapa Cebong dan Kampret mesti berseberangan? Jawabannya sederhana. Karena mereka sudah tidak mungkin disatukan lagi mengingat mereka lahir dari Rahim berbeda, sehingga mereka membawa visi, misi, bahkan ideologi hidup, yang berbeda.

Cebong lahir dari rahim yang menjunjung heteroginas, sedangkan Kampret dari rahim yang membawa genetika homogenitas. Bagaimana akan menyatukan mereka jika memang ruh kehidupan politik mereka sudah berbeda sejak lahir. Mereka bagaikan minyak dan air yang memiliki kimiawi politik berbeda.

Lihatlah bagaimana setiap perkumpulan yang dibuat Cebong selalu penuh warna. Mereka datang dari berbagai unsur, sehingga membentuk pelangi hidup yang warna-warni. Mereka bagaikan taman dengan aneka tumbuhan yang hidup di dalamnya.

Lihat pula Kampret yang semua serba homogen. Tidak mengenal perbedaan di antara mereka. Mereka menilai perbedaan adalah noda yang mesti hapus.

Dengan tetap berseberangan, Cebong dan Kampret juga bisa menjadi energi yang menghidupkan dinamika politik di negeri ini. Mereka akan menyanyi dengan suara mereka masing-masing, sehingga politik nasional tidak lagi sunyi.

Dengan tetap berseberangan, Cebong dan Kampret akan menjadi kekuatan untuk menghasilkan sintesis baru yang berkualitas. Degan begitu dialektika politik –tesis, antitesis, dan sintesis, terus berjalan tiada henti sepanjang jaman.

Cebong dan Kampret adalah realitas politik yang tidak bisa ditiadakan oleh siapapun dengan kekuatan apapun. Darah mereka sudah berbeda dan akan terus berbeda sekalipun dileburkan terus-menerus.

Berbagai temuan di kehidupan sehari-hari menunjukkan, Cebong dan Kampret sudah sedemikian dalam membuat jalan berseberangan. Di tempat kerja misalnya, Cebong dan Kampret sudah memilih memisahkan diri. Mereka akan ribut bila disatukan, sehingga siapa yang lemah maka dia akan meninggalkan komunitas tempatnya bekerja.

Di grup-grup media sosial, Cebong dan Kampret juga saling serang dengan hebatnya. Mereka juga akan meninggalkan pertemanan di grup media sosial karena ketidakcocokan pandangan politik.

Baca Juga: Kenapa Dari Cebong dan Kampret Bisa Menjadi Identitas Baru?

Jadi, tidak perlu lagi Cebong dan Kampret dipaksa untuk bersama dan bersatu. Cukuplah mereka diajak berkompetisi membangun negeri ini sesuai keahlian masing-masing. Cebong dan Kampret biarlah hidup dengan produktivitasnya bersama kelompoknya masing-masing.

Toh, semuanya diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang produktif. Pemerintah cukup mengawasi mereka agar tidak saling bertabrakan yang merusak ketertiban umum atau melanggar konstitusi.

Cebong dan Kampret adalah aset besar dalam politik nasional. Di tangan mereka, politik akan menjadi lebih sederhana. Cukup dengan dua pilihan dalam pertarungan politik ke depan. Barisan Cebong dan Kampret.

Tidak ada lagi barisan lain selain Cebong dan Kampret, sehingga memudahkan peta pertarungannya. Negara juga diuntungkan, karena lebih murah membiayai dua barisan yang bertarung daripada banyak barisan.

Mudah-mudahan barisan Cebong dan Kampret juga bisa menjalar ke daerah-daerah, bukan sekadar dalam pemilihan presiden. Dengan begitu, setiap pemilihan kepala daerah cukup dengan dua barisan calon, tidak lebih.

Dengan tetap eksisnya barisan Cebong dan Kampret di dalam peta politik, membuat kehidupan terus dinamis, menghasilkan sintesis baru yang paling berkualitas, menyederhanakan pertarungan, memudahkan kontrol politik, dan membuat murah biaya politik.

Cebong dan Kampret eksislah! 

Krista Riyanto, penulis mantan jurnalis.

***