Megalomania dan Post Truth Politic

Seorang Megalomania sangat terobsesi kepada kebesaran dan kekuasaan, selalu berhalusinasi untuk mengimajinasikan kekuasaan, saat itulah dia merasa besar dan berkuasa.

Selasa, 30 April 2019 | 08:24 WIB
0
443
Megalomania dan Post Truth Politic
Ilustrasi megalomania. (iridi)

Karakter para Megalomania dengan Post Truth memang nyambung ternyata, makanya para Megalomania di Era Post Truth politik seperti menemukan dunianya. Alat politiknya juga pas, yaitu propaganda Rusia Firehose of Falsehood (FoF).

Megalomania
Makna Megalomania berdasarkan KBBI adalah: kelainan jiwa yang ditandai oleh khayalan tentang kekuasaan dan kebesaran diri. Selain itu ada juga penjelasan lain tentang Megalomania

Megalomania adalah kondisi psikologis terkait munculnya obsesi atau khayalan seseorang dalam salah satu aspek pribadi, seperti kecerdasan, kekuatan fisik, keberuntungan, asal usul sosial, dan proyek besar yang tidak realistis.

Megalomania bisa disebut kelainan delusional jika khayalan atau klaim berlebih diungkapkan karena pikiran mereka terdistorsi dan sama sekali tidak realistis.

Post Truth
Kamus Oxford mendefinisikan istilah post-truth sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal.

Seorang Megalomania sangat terobsesi kepada kebesaran dan kekuasaan, selalu berhalusinasi untuk mengimajinasikan sebuah kekuasaan, saat itulah dia merasa besar dan berkuasa, baginya hal seperti itu sangatlah menyenangkan.

Dia tidak butuh fakta dalam mengungkapkan berbagai argumentasinya, karena baginya kebohonganpun adalah sesuatu yang sah demi untuk membesarkan dirinya dan meniadakan keberadaan orang lain.

Kenapa saya bilang manusia Megalomania menemukan dunianya di era post truth politik, karena post truth menihilkan fakta untuk membentuk opini publik, sementara seorang Megalomania lebih cenderung tidak menyukai fakta dalam membentuk opini publik, baginya yang penting publik tersugesti oleh opininya.

Seperti inilah kondisi dunia politik kita akhir-akhir ini. Demi kepentingan para Megalomania, maka mindset masyarakat mereka ubah, dari realistis menjadi tidak realistis. Itu makanya hoaks lebih disukai daripada berita yang benar, kadang berita yang benarpun mereka anggap hoaks, begitulah kemampuan para Megalomania meyakini masyarakat.

Bayangkan kalau pikiran masyarakat terus diracuni oleh para Megalomania dalam waktu yang panjang, maka pikiran masyarakat menjadi absurd, dan bahkan bisa ikut-ikutan menjadi delusional.

Bagi orang-orang secara Ekonomi berkekecukupan, overestimasi angan-angan tidaklah terlalu berpengaruh terhadap kesinambungan hidupnya, tapi kalau masyarakat menengah kebawah terobsesi dan overestimasi angan-angan hidup penuh delusi, akan sangat berpengaruh, bahkan malah merusak pikiran mereka.

Jadi tidak heran kalau para Megalomania dalam berpolitik sangat dekat dengan tekhnik propaganda Rusia Firehose of Falsehood, karena semburan kebencian yang mereka gunakan di era Post Truth politik, sangatlah nyambung dengan kepentingan mereka.

Daya rusak FoF terhadap pikiran masyarakat sangatlah dahsyat, semburan kebohongan sangat mereka butuhkan untuk menanamkan dalam pikiran masyarakat, bahwa fakta tidak lagi dibutuhkan.

Post truth mereka anggap sebagai era baru yang tidak membutuhkan fakta, yang penting bagaimana meyakini ketidakbenaran menjadi sesuatu yang benar.

Begitulah cara-cara para Megalomania mengubah mindset masyarakat. Tidak aneh kalau pada akhirnya penyebaran berita bohong (Hoaks), begitu masif dan terstruktur, karena memang bagian dari memutarbalikkan fakta. Lihatlah efek dan hasilnya, begitu susah meyakini masyarakat tentang sebuah kebenaran.

***