Telah sejak lama mahasiswa dan generasi muda menjadi sasaran empuk dari kelompok radikal.
Posisi mahasiswa sebagai generasi muda yang sedang dalam fase transisi sering menjadi incaran kelompok radikal. Oleh karena itu mereka harus waspada agar tidak terjeblos ke radikalisme dan terorisme.
Memiliki kesempatan untuk kuliah adalah sebuah privilege karena biaya belajarnya makin mahal sehingga tidak semua orang mampu membayar. Seorang mahasiswa bisa berkembang di kampus, caranya tak hanya dengan belajar di perpustakaan, tetapi juga dengan berorganisasi. Akan tetapi harus pilih-pilih organisasi karena ada yang ternyata berafiliasi dengan kelompok radikal.
Selama ini kelompok radikal dan teroris memang mengincar mahasiswa karena mereka memiliki tenaga kuat dan pemikiran yang kritis, sehingga cocok untuk jadi kader baru. Seorang mahasiswa harus waspada dengan pergaulan karena jangan sampai malah dibaiat, dicuci otaknya, lalu hidupnya berakhir dengan menjadi pengantin bom. Alangkah sia-sia dan menyedihkan.
Brigjen Pol R Akhmad Nurwahid, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan bahwa mahasiswa dan generasi muda termasuk golongan yang mudah terkena terorisme. Penyebabnya karena mereka memiliki emosi yang labil. Dalam artian, ketika dalam keadaan tidak stabil maka mahasiswa dan generasi muda bisa dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain, termasuk kelompok teroris.
Masuknya radikalisme ke kalangan mahasiswa bisa melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM). Kadang ada yang menyaru dengan halus sehingga terlihat bahwa kegiatannya positif tetapi malah menarik anak-anak muda untuk jadi kader baru. Cirinya adalah orang-orangnya intoleran dan pernah menyampaikan tentang indahnya jihad, serta negara khafilah.
Jika ada UKM yang seperti ini maka jangan ragu untuk melapor ke rektorat dan aparat keamanan. Bisa jadi ia benar-benar anggota dari kelompok radikal dan menyusup diam-diam ke kampus. Sebelum mencari korban baru maka harus dihentikan sekarang juga.
Selain itu, mahasiswa dan generasi muda juga bisa terpengaruh oleh konten di media sosial. Mereka memang sudah setengah kecanduan medsos, tiada hari tanpa buka Instagram. Namun harus hati-hati dan jangan sampai terjebak oleh konten radikal, karena hal itu bisa menghancurkan Indonesia. Pikirkan dengan logis dan jangan asal follow.
Pencegahan memang harus dilakukan agar mahasiswa dan generasi muda tidak terkena radikalisme, intoleransi, dan terorisme. Penyebabnya karena ketika BNPT membuat survey kecil-kecilan, maka hasilnya adalah 1 dari 5 anak muda paham apa itu radikalisme, bahkan percaya akan rayuannya. Ini sangat berbahaya karena bisa merusak kaum muda.
Bayangkan jika 1 orang tersebut sudah terjebak dalam radikalisme dan intoleransi maka ia akan menyebarkannya ke banyak yang lain. Apalagi anak muda juga suka bergaul, maka jangan sampai malah memviralkan hal yang salah, di dunia nyata maupun dunia maya.
Generasi muda dan mahasiswa harus bersih dari radikalisme karena di pundak merekalah masa depan Indonesia terletak. Bagaimana kita bisa maju jika calon pemimpin bangsa malah sibuk memplokamirkan jihad, khilafah, terorisme, bahkan pengeboman? Kita tentu tidak mau negeri ini hancur-lebur.
Oleh karena itu generasi muda harus mawas diri. Jangan mudah kena bujuk rayu dari kelompok radikal, karena mereka selalu mengungkap tanpa fakta yang valid. Indonesia sudah menjadi negeri yang kokoh dengan pancasila dan UUD 1945, jadi tidak bisa diganti begitu saja dengan konsep kekhalifahan.
Bergaul dan berselancar internet boleh tetapi kita harus menomorsatukan critical thinking. Jika ada janji surga dari kelompok radikal yang bilang bahwa negeri khalifah akan memakmurkan, maka pikir baik-baik. Belum jadi pemimpin saja mereka sudah berani mengebom di tempat umum. Maka nanti bisa saja mengirim nuklir ke negara lain, dan pecah perang dunia ketiga.
Mahasiswa dan generasi muda menjadi sasaran empuk dari kelompok radikal. Oleh karena itu mereka harus membentengi diri dan tidak mudah percaya begitu saja oleh rayuan kelompok radikal. Generasi muda wajib menimba ilmu dan memahami bahwa radikalisme dan terorisme itu salah besar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews