Pemilu dan Pilpres 2024 terasa masih lama, tetapi KPU akan mulai bekerja mulai Maret 2022, karena itu wajar bila parpol mulai menata internal serta peluangnya.
Basic descriptive intelligence dan current affairs sebagai fakta intelijen menunjukkan bahwa parpol dengan kepemimpinan patron yang kuat akan mampu menjaga soliditas partainya sekaligus mendapat dukungan suara dalam Pemilu.
Sebagai studi kasus, PDIP adalah parpol yang tetap solid dan terus mewarnai percaturan politik di Indonesia sejak dipimpin Megawati, demikian juga Gerindra.
Pada pemilu 2019 hanya tiga parpol yang memperoleh suara dua digit, PDIP teratas dengan 19,33 persen, mengungguli Partai Gerindra (12,57 persen) dan Golkar (12,31 persen). Parpol lainnya mendapat satu digit.
Hasil pemilu legislatif 2019 adalah:
1. PDI-P: 27.053.961 (19,33 persen)
2. Gerindra: 17.594.839 (12,57 persen
3. Golkar: 17.229.789 (12,31 persen)
4. PKB: 13.570.097 (9,69 persen)
5. NasDem: 12.661.792 (9,05 persen)
6. PKS: 11.493.663 (8,21 persen)
7. Demokrat: 10.876.507 (7,77 persen)
8. PAN: 9.572.623 (6,84 persen)
9. PPP: 6.323.147 (4,52 persen)
10. Perindo: 3.738.320 (2,67 persen)
11. Berkarya: 2.929.495 (2,09 persen)
12. PSI: 2.650.361 (1,89 persen)
13. Hanura: 2.161.507 (1,54 persen)
14. PBB: 1.099.848 (0,79 persen)
15. Garuda 702.536 (0,50 persen)
16. PKPI 312.775 (0,22 persen)
Kasus menarik dari kepemimpinan power full patron di PDIP, terbukti dan terjadi pada hari Sabtu (22/5/2021), di mana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai kader PDIP tidak diundang ke acara rapat penguatan soliditas PDIP di Semarang.
Acara dihadiri Ketua DPP PDI-P Puan Maharani di provinsi di mana Ganjar menjadi Gubernur. Puan saat itu berbicara cukup keras tentang Ganjar, bahkan Ketua DPP PDI-P Bidang Pemenangan Pemilu, Bambang Wuyanto tegas menyebutkan bahwa Ganjar tak diundang ke acara yang dihadiri Puan Maharani karena terkait pencapresan di 2024.
Menurut Bambang, Ganjar tidak dundang karena dinilai berseberangan terkait langkah pencapresan 2024, Ganjar dinilai terlalu berambisi untuk maju sebagai capres pada Pilpres 2024 mendatang.
Saat itu Ganjar menanggapi dengan santai dan menyatakan beberapa hari sebelumnya bahkan bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, dan baik-baik saja.
Ratu Banteng Bereaksi
Megawati berbicara lantang kepada para petugas partai PDIP. Dia menegaskan para kader yang enggan menjadi petugas partai dipersilakan untuk keluar.
Hal itu diungkapkan Megawati dalam siaran langsung di kanal YouTube PDI Perjuangan, Minggu (30/5). Megawati sempat menyinggung kondisi para mantan kader yang kini sudah dipecat oleh PDIP bergelimpangan tidak jelas.
"Maka lebih baik kalau saya boleh bilang, kalau nggak mau jadi petugas partai, saya nggak ngomong lagi anggota partai, petugas partai. Artinya yang diberi tugas oleh partai, out! begitu aja, mundur. Jangan lagi orang yang kemarin toh. Saya cerita toh saya cerita ada kasus. Saya pecat nah baru dah, gelimpangan nggak jelas," kata Megawati.
Parpol Butuh Patron Kuat, tapi Sekaligus sebagai Titik Rawannya
Dari pengamatan beberapa kali pemilu legislatif, PDIP serta Partai Gerindra terus membuktikan diri sebagai parpol papan atas yang solid karena mempunyai patron sebagai Ketua Umum. Dari fakta pemilu legislatif 2019, karakter, Megawati dan Prabowo tetap menonjol pada ranking satu dan dua. Capres yang bersaing yaitu Jokowi dan Prabowo pada pilpres 2019 juga berasal dari dua parpol ini.
Sementara untuk PKB dan Golkar simpatisan dan pangsa pasarnya sudah jelas, PKB simpatisannya kaum Nahdliyin, Golkar ini partai terbuka, nasionalis, paling senior, dan sudah lama mengakar.
Kepemimpinan lain sekaligus bukti pengaruh soliditas patron yang terus naik, populer dan menonjol adalah kepemimpinan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh. Pada pemilu 2019 di posisi lima besar, naik dari peringkat delapan pada pemilu 2014 (8.402.812 suara atau 6,72%)
Nah, apabila ketiga patron parpol tersebut tetap bertahan hingga 2024, maka bisa diperkirakan PDIP, Gerindra dan NasDem yang akan berada di posisi tiga besar.
Tetapi bagi para kader parpol, perlu juga mewaspadai, pengaruh patron dalam menjaga soliditas parpol dan daya tarik simpatisan juga merupakan titik rawannya. Apabila terjadi sesuatu yang negatif atau mundurnya patron sebagai Ketua Umum, kerugian perolehan suaranya diperkirakan akan turun. Sifat pragmatisme politisi sebagai pelaku bisa menyebabkan pecahnya parpol.
Contoh kasus yang terjadi pada Partai Demokrat, pada Pemilu 2014, memperoleh 12.728.913 suara (10,19 persen) di podisi empat besar, tetapi pada Pemilu 2019 melorot ke posisi ke-7 (10.876.507 Atau 7,77 persen).
PDIP beruntung kini masih punya Pak Jokowi, walau juga disebut Mega sebagai petugas partai. Karismanya masih besar, bila bisa ikut bertarung pada 2024, kemungkinan besar akan menang.
Sementara Puan jelas citra dan pengaruhnya lebih bersandar kepada Bu Mega. Ganjar sebagai kader menonjol kini sudah di 'zero position'.
Gerindra punya kader, kemungkinan bisa mendudukkan Sandiaga Uno sebagai calon patron sekaligus calon pemimpin nasional. Sementara ini realistis bila Gerindra berkoalisi dengan PDIP, Prabowo sebagai capres.
Partai NasDem masih penuh bersandar kepada Surya Paloh dan belum punya calon patron, realistis bila NasDem berkoalisi dengan Golkar, karena Airlangga Hartarto kini tetap berselancar di pemerintahan dan tidak goyah.
Airlangga bukan patron Golkar, karena ada beberapa faksi di dalamnya. SBY sebagai patron Partai Demokrat masa lalu mencoba mendudukkan AHY menjadi patron, tetapi perlu usaha keras, walau ektabilitas AHY lebih baik dari Puan.
Karisma AHY sebagai patron belum tertata masih bisa goyah, terlihat saat digerilya oleh Moeldoko, posisi ini yang perlu diperbaiki.
Hasil Survei Capres
Survei nasional SMRC itu dilakukan pada 28 Februari-8 Maret 2021 melibatkan 1.064 responden yang dipilih secara random (acak) dan diwawancara secara tatap muka. Margin of error 3,07%.
Hasilnya, Jokowi 15,2 persen, Prabowo 13,4 persen, Ganjar Pranowo 6,1 persen, Anies Baswedan 5,4 persen, Sandiaga Uno 3,1 persen. Basuki T Purnama 2,0 persen, Hary Tanoe 1,2 persen, AHY 0,9 persen.
Dalam simulasi pilihan tertutup terhadap 15 nama, Prabowo Subianto mendapat dukungan terbanyak (20,8%), disusul Anies Baswedan (13,1%), Ganjar Pranowo (12%), Sandiaga Uno (7,4%), Ridwan Kamil (6,7%), AHY (5,2%), Tri Rismaharini ( 5,2%), dan nama-nama lain di bawah 3%. Yang belum tahu 19,7%.
Charta Politika Indonesia, metode yang digunakan metode sampling 1.200 responden, margin of error sekitar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan pada 20-24 Maret 2021. Responden merupakan warga negara Indonesia yang berusia di atas 17 tahun. Hasilnya sebagai berikut:
1. Prabowo Subianto 19,6%
2. Ganjar Pranowo 16,0%
3. Anies Baswedan 12,6%
4. Sandiaga Uno 9,3%
5. Ridwan Kamil 8,1%
6. Tri Rismaharini 5,3%
7. Agus Harimurti Yudhoyono 4,8%
8. Mahfud MD 3,8%
9. Erick Thohir 2,1%
10. Moeldoko 1,3%
11. Puan Maharani 1,2%
12. Gatot Nurmantyo 0,6%
Hasil Survei Capres Indikator Politik Indonesia, metode survei yang digunakan sample random sampling sebanyak 206.983 responden terdistribusi secara acak. Margin of error sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei digelar pada 4-10 Maret. Total survei sampel yang berhasil diwawancara sebanyak 1.200 responden warga negara Indonesia berusia 17-21.
Hasilnya sebagai berikut, Anies Baswedan 15,2 persen, Ganjar Pranowo 13,7 persen, Ridwan kamil 10,2 persen, Sandiaga uno 9,8 persen, Prabowo Subianto 9,5 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 4,1 persen, Erick Thohir 1,5 persen, Tito Karnavian 1,2 persen, Puan Maharani 1,1 persen, Gatot Nurmantyo 0,8 persen, Khofifah Indar Parawansa 0,7 persen, Maruf Amin 0,4 persen, Budi Gunawan 0,4 persen, Bambang Soesatyo 0,4 persen, Airlangga Hartanto 0,2 persen, Mahfud Md 0,2 persen, Muhaimin Iskandar 0,0 persenDari hasil survei tiga lembaga survei tersebut, sementara ini nama-nama yang menonjol dalam lima besar capres adalah Prabowo, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan AHY.
Kesimpulan
Menuju ke pemilu legislatif dan Pemilu Presiden 2024, bila posisi politik Bu Mega, Pak Prabowo dan Pak Surya Paloh tetap eksis, partai yang mereka gawangi berpeluang menjadi tiga parpol teratas pada Pemilu 2024.
Sementara ini kemungkinan capres akan muncul bila koalisi terbentuk antara PDIP dengan Gerindra, Prabowo adalah calon terkuat dengan second opinion Sandiaga Uno. Bila NasDem bekoalisi dengan Golkar, maka calon terkuatnya Airlangga Hartarto.
Tetapi berpeluang berkoalusi dengan parpol lain, di mana bisa mengusung capres Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan AHY. Untuk cawapres adalah bargaining koalisi, ada Puan, Sandi, Anies, AHY, Sri Mulyani,
Penutup
Demikian hasil pengamatan dan early prediction menuju ke 2024, geliatnya sudah mulai memercik saat ini.
Pemilu dan Pilpres 2024 terasa masih lama, tetapi KPU akan mulai bekerja mulai Maret 2022, karena itu wajar bila parpol mulai menata internal serta peluangnya.
Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.
Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, PengamatI Intelijen
**"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews