Ibu kota Indonesia akan dipindah ke Borneo dan pemindahan ini adalah hal yang positif, karena akan menyerap tenaga kerja produktif. Akan ada banyak lowongan kerja berkat pembangunan besar-besaran di sana. Masyarakat akan tertolong karena mendapatkan pekerjaan baru.
Saat ibu kota Indonesia mau dipindah dari DKI Jakarta ke Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara, Kalimantan, maka menimbulkan pro dan kontra. Pasalnya, pemindahan ibu kota adalah hal yang sangat baru di Indonesia. Sehingga ada saja pihak yang terkejut lalu berpikir yang tidak-tidak.
Padahal dulu di era Bung Karno, sudah ada wacana pemindahan ibu kota, tujuannya agar berada di tengah-tengah Indonesia. Bedanya, dulu ibu kota diusulkan akan dipindah ke Palangkaraya. Meski hal ini belum terwujud, tetapi ide Bung Karno sangat realistis.
Pemindahan ibu kota rencananya dimulai tahun 2021 dan sudah pasti membawa hal positif. Juru bicara Presiden Jokowi Fadjroel Rahman menyatakan bahwa pembangunan ibu kota negara baru menjadi salah satu strategi pemulihan ekonomi Indonesia. Juga akan menyerap tenaga kerja yang besar.
Fadjroel menambahkan, saat ground breaking alias pembangunan di tahun pertama, akan menyerap 100.000 pekerja. Sedangkan prediksi BPS, prediksi pemindahan ibu kota negara akan menyerap sekitar jutaan pekerja. Dalam artian, hal ini sangat bagus karena di masa pandemi, banyak pengangguran berserakan.
Ketika ada lowongan di Borneo maka akan sangat bagus, karena para pelamar akan berbondong-bondong ke sana. Jika jumlah pekerja asli Kalimantan masih kurang, maka bisan ditambah pegawai dari daerah lain. Sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran tak hanya di Borneo, tetapi juga di Nusa Tenggara Timur, Jawa, Sumatera, dll.
Jumlah pekerja yang dibutuhkan bukan hanya sopir dan buruh kasar, tetapi juga di sektor lain seperti ahli planologi, arsitek, perancang proyek, desainer interior, dll. Sehingga akan makin banyak putra daerah yang berprestasi dan ditarik untuk menangani proyek pemindahan ibu kota negara dan berkarya demi Indonesia.
Sudah jelas bahwa proyek pemindahan ibu kota negara akan berdampak positif, karena bisa mengurangi pengangguran di Indonesia. Sehingga satu masalah akan terpecahkan, yakni ancaman kemiskinan. Karena faktanya, banyak pengangguran baru akibat efek pandemi, dan ketika mereka bisa bekerja, akan bisa mengepulkan asap dapur lagi.
Problem pengangguran yang membludak ini amat serius karena bisa merembet ke yang lain, misalnya di bidang psikologis, sosial dan kriminalitas. Jika ada orang terlalu lama menganggur maka ia akan stress dan berpotensi untuk depresi. Sungguh sebuah kerugian jika ada putra bangsa yang potensial tetapi berakhir di ranjang Rumah Sakit Jiwa.
Masalah kriminalitas saat pandemi juga tak bisa dianggap remeh. Ketika banyak yang menganggur maka bisa ada yang terkena godaan setan, dan menjambret dengan alasan demi membeli beras. Sehingga proyek pemindahan ibu kota dipastikan bisa menghindari hal-hal negatif seperti itu.
Selain bermanfaat bagi para pekerja, proyek ini akan berdampak positif pula pada penduduk daerah di sekitarnya. Ketika ada proyek maka akan diikuti dengan tumbuhnya jasa katering atau warung makan, untuk menyediakan konsumsi para pekerja. Masyarakat akan mendapatkan pendapatan tambahan dengan berjualan nasi, sedangkan pekerja tak perlu bingung mencari di mana rumah makan terdekat.
Mari kita dukung pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan karena membawa banyak sekali manfaat, terutama untuk mengurangi jumlah pengangguran. Karena diprediksi proyek ini akan menyerap sampai jutaan tenaga kerja. Sehingga tingkat kemiskinan akan berkurang drastis, karena sudah banyak yang memiliki pekerjaan tetap. (Lisa Pamungkas)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews