Penganiayaan pada Ninoy Karundeng Jangan Surutkan Semangat Menulis Kritis

Menulis politik perlu strateg, baik dalam mengemas diksi tulisan, sudut pandang, referensi yang valid, dan lain-lain agar tulisan politik tidak terjebak kepada fitnah dan pencemaran nama baik.

Rabu, 2 Oktober 2019 | 23:40 WIB
0
1074
Penganiayaan pada Ninoy Karundeng Jangan Surutkan Semangat Menulis Kritis
sumber : detik.com

Penulis Ninoy Karundeng yang biasa menulis di  kanal politik Kompasiana.com dan PepNews.com dapat musibah.  Dia kena persekusi saat meliput demonstrasi mahasiswa kemarin. Ninoy diangkut paksa oleh kelompok tak dikenal. Kemudian disiksa  disuatu tempat terkait kegiatannya kepenulisannya yang kritis.

Wajah Ninoy Karundeng babak belur. Selain disiksa secara fisik, secara psikis  dia diintimidasi. Diancam. Bahkan dari rekaman video yang viral di media, dia hampir dibunuh. Namun masih beruntung, sang penculik masih kasihan dan memberikan kesempatan Ninoy untuk hidup dan "memperbaiki" diri.  Intinya, kelompok penculik itu inginkan Ninoy tidak menulis secara kritis.

Ninoy merupakan salah penulis kompasiana (kompasianer) yang TOP.  Tahun 2014 masuk nominasi penerima Kompasiana  Award pada Kompasianival 2014 di TMII. Pada tahun itu ramai Pilpres 2014, Ninoy gencar menulis di kanal politik khususnya membela Jokowi.

Belakangan ini Ninoy sudah jarang menulis di Kompasiana.com, namun dia tetap aktif menulis di beberapa platform blog termasuk di PepNews.com ini, dan media sosial lainnya terkait Pilpres 2019. 

 

Para kompasianer dan netizen  lawas tentu tak lupa dengan nama Ninoy. Tulisannya berani. Pembacanya banyak. Akun PepNew.com nya  bisa dilihat di sini. Terakhir menulis di Kompasiana 8 bulan lalu. Sedangkan di PepNews.com tanggal 30 September 2019 lalu, dengan judul artikel Rancang Teror Abdul Basith, Bukti Mana Lagi yang Kaudustakan?

Soal penulis politik didatangi dan diancam kelompok tertentu yang marah atas tulisan-tulisan politiknya bukan hanya terjadi pada Ninoy. Beberapa kawan yang aktif menulis di kanal politik pernah bercerita kepada saya pernah diancam via hp dan bahkan didatangi langsung. 

Beberapa waktu lalu saat era Kompasiana.com masih berslogan sharing and connecting dan dipimpin kang Pepih Nugraha, kompasiana.com pernah mendapat somasi pihak lain terkait konten para penulisnya.  

Kang Pepih Nugraha maju dan pasang badan menjelaskan kepada pihak tersebut karena sebagai penanggungjawab platform blog kompasiana.com yang  dia dirikan dan pimpin saat itu,  (kini Pepih Nugraha pendiri dan pemilik Pepnews.com yang anda baca saat ini).

Menulis di kanal politik memang rentan kena ancaman pihak lain yang terbakar jenggotnya karena tulisan yang keras, tajam dan kritis terhadap suatu isu hangat politik. Perlu nyali besar untuk konsisten di kanal politik ini.

Namun situasi rentan itu jangan menyurutkan semangat teman-teman untuk menulis kritis di manapun. Menulis kritis bermanfaat membuka mata dan hati banyak orang tentang suatu fenomena terkait kepentingan rakyat.

Menulis politik perlu strateg agar aman. Baik dalam mengemas diksi tulisan, sudut pandang, referensi yang valid, dan lain-lain agar tulisan politik tidak terjebak kepada fitnah dan pencemaran nama baik  pihak lain yang sedang disorot publik. Argumentasi tulisan harus dibangun secara logis berdasarkan data-data valid dan memang sudah diketahui umum lewat berbagai media mainstream.  

Hal yang berbahaya adalah bila sumber informasi/data didapatkan dari 'katanya", walau hal itu tergolong valid dan berasal dari orang dalam. Namun karena belum terekspos di media publik (karena bersifat top secret), bisa menyebabkan pihak yang terkait tulisan tidak terima. Mereka tersipu malu, kemudian marah...#eeh..!

Masih untung kalau ada tulisan 'hak jawab' dari pihak tersebut di media yang sama. Hal lain, penulis bisa saja diajukan ke ranah hukum, dan paling sial lagi bila sampai diculik dan disiksa.

Semoga saja tidak ada lagi penulis yang mengalaminya lagi.

Salam anti persekusi

***