Pecahnya "Matahari Kembar" di Koalisi Jokowi

Dengan tersingkirnya Surya Paloh dari faksi utama pemerintahan Jokowi, maka bisa jadi posisinya akan digantikan oleh Prabowo.

Rabu, 6 November 2019 | 16:26 WIB
0
452
Pecahnya "Matahari Kembar" di Koalisi Jokowi
Foto: Demokrasi.co.id

Berbicara soal matahari kembar sebetulnya bukan cuma baru sekarang ini adanya. Pada periode pertama pemerintahan Jokowi, sudah ada matahari kembar.

Dikatakan matahari kembar, karena ada dua kekuatan kekuasaan yang membayangi pemerintahan Jokowi saat itu. Kalau sekarang dibilang akan ada matahari kembar dalam pemerintahan Jokowi, itu baru sebatas prediksi.

Matahari kembar diperiode pertama pemerintahan Jokowi, sama kuat pengaruhnya. Namun diperiode kedua pemerintahan Jokowi sekarang ini, meskipun masih ada, tapi Salah satunya sudah berhasil dilemahkan oleh matahari kembarannya.

Dalam pengamatan saya, Megawati dan Surya Paloh, adalah matahari kembar yang sangat berpengaruh terhadap kekuasaan Jokowi, terutama diperiode pertama.

Tapi sejak Megawati merangkul Prabowo, mau tidak mau, secara tidak langsung Surya Paloh pun mulai melemah pengaruhnya terhadap Jokowi, dan itu bisa dilihat dari manuver-manuver NasDem akhir-akhir ini.

Bisa jadi Megawati memang merasa ada kekuatan lain selain dari kekuatan dirinya, sehingga dia tidak ingin kehilangan pengaruh, dan berusaha untuk menguasai koalisi tanpa ada yang menandinginya, dia tidak ingin ada matahari kembar didalam koalisi Jokowi.

Manuver yang dilakukan Surya Paloh dan NasDem sebetulnya manuver yang biasa saja. Sama seperti manuver yang dilakukan Megawati dengan PDI-P terhadap Prabowo dan Gerindra. Bisa saja dianggap sebagai prospek di 2024.

Begitu juga manuver Surya Paloh dan NasDem terhadap PKS, juga dalam rangka penjajakan koalisi untuk 2024. Bukanlah sebuah keniscayaan kalau hal itu akan terjadi nantinya.

Tapi rupanya kerlingan mata Surya Paloh terhadap PKS dan Partai diluar koalisi pemerintah, dianggap "main mata" dengan oposisi, juga dianggap sebagai sesuatu yang salah, sehingga mengganggu keharmonisan hubungan antar Partai koalisi pendukung Pemerintah.

Seperti yang dikatakan pengamat Politik Universitas Indonesia, Cecep Hidayat menjelaskan, di koalisi pemerintahan Jokowi, Surya Paloh merupakan inisiator penting pencapresan Jokowi saat tahun 2014 lalu.

Meski demikian, pengaruh Megawati di koalisi Jokowi sangat kuat. Bergabungnya Prabowo, kata Cecep semakin mengubah peta pengaruh di internal koalisi Jokowi.
Akibatnya, Surya Paloh bukan menjadi faksi utama di dalam pemerintahan Jokowi.

Padahal, sebelumnya Surya Paloh dan Megawati sama-sama berada dalam faksi utama pemerintahan Jokowi.

“Surya Paloh kan bukan faksi utama di koalisi Jokowi, Mega sangat kuat apalagi sekarang ditambah Prabowo. Tentu dia (Surya Paloh) gerah. Ada kekhawatiran tidak punya posisi tawar,” kata cecep, Selasa (5/11).

Kuat dugaan, karena situasi dan kondisi seperti itu membuat Surya Paloh mencari dukungan diluar koalisi pemerintah, sekaligus menjajaki koalisi untuk persiapan Pilpres 2024.

Kalau melihat arah koalisi yang ingin dicapai oleh Surya Paloh, kemungkinan besar, NasDem dan PKS akan mengusung Anies Baswedan yang secara hubungan tidak lagi harmonis dengan Gerindra.

Dengan tersingkirnya Surya Paloh dari faksi utama pemerintahan Jokowi, maka bisa jadi posisinya akan digantikan oleh Prabowo. Dan itu artinya, tidak ada lagi matahari kembar didalam faksi utama pemerintahan Jokowi.

Dalam kabinet Indonesia Maju, Partai Nasdem menempatkan 3 kadernya, Johnny G Plate sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Surya Paloh disebut juga kecewa karena lepasnya jatah Jaksa Agung. Keberadaan 3 kader NasDem di Kabinet Indonesia Maju setidaknya akan mengikat Surya Paloh untuk bertahan di Koalisi Pemerintah. Penjajakan koalisi diluar pemerintahan hanyalah test the water Paloh terhadap Jokowi.

***