Memilih Tidak Golput sebagai Wujud Rasa Syukur

Jangan berpikir sekali-sekali tidak memilih, karena milih atau tidak milih pemilu akan tetap jalan. Milih atau tidak tetap tunduk kepada pemenang.

Minggu, 31 Maret 2019 | 15:21 WIB
0
417
Memilih Tidak Golput sebagai Wujud Rasa Syukur
Foto Ilustrasi Anti-Golput/Republika.co.id

Sebagai umat beragama, sejak kecil kita sudah diajarkan bagaimana bersyukur. Mulai dari mengucapkan 'terima kasih' bila diberi atau menerima sesuatu, hingga menjalankan amanat yang dipercayakan kepada kita. 

Rasa syukur itu harus tetap kita ungkapkan sekecil apa pun yang kita dapatkan. Bagaimana Tuhan akan memberikan rezeki yang lebih besar, apabila rezeki yang sedikit saja tidak disyukuri.

Dalam kaitannya dengan hajatan politik di Tanah Air, kita pun dituntut untuk menunjukkan rasa syukur kita dengan apa yang kita dapatkan selama ini.

Pembangunan yang berjalan selama ini, tentu saja membutuhkan rasa syukur kita untuk memastikan pembangunan itu tidak terhenti begitu saja. Kita pun patut menjaga apa-apa yang sudah ada, sehingga negeri ini kedepannya semakin baik.

Sebagai warga negara, kita patut menyukseskan hajatan Pilpres dan Pileg 2019, yaitu dengan memilih mereka yang memiliki rekam jejak yang baik untuk mengelola negeri ini. 

Kita jangan lantas apatis dan memilih golput, lantaran sosok yang akan dipilih tak sesempurna apa yang kita bayangkan. Yang kita pilih bukanlah kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Memilih untuk tidak golput adalah bagian dari rasa syukur kita kepada-Nya. 

Apa Makna Syukur?

Secara bahasa, syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut. Dalam bahasa Indonesia, bersyukur sama artinya dengan berterima kasih.

Dalam agama Islam, istilah syukur, sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:

"Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah" (Madarijus Salikin, 2/244).

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta'ala. 

Kitab Suci Al-Quran pun berbicara mengenai syukur dan juga kufur, yang terjemahannya sebagai berikut:

''Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS Ibrahim [14]: 7).
Begitulah sedikitnya mengenai rasa syukur yang patut kita renungkan, karena manusia begitu mudahnya melupakan nikmat yang telah dirasakannya.

Seperti diketahui, memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya pada 17 April 2019 mendatang alias golput sangatlah merugikan. Hal ini seperti yang dikatakan Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud Md.

 

Hindari golput karena akan merugikan kita. Yang akan terpilih dari calon-calon itu tetap akan mengikat kita. Jangan berpikir sekali-sekali tidak memilih, karena milih atau tidak milih pemilu akan tetap jalan. Yang tidak memilih akan tetap terikat secara hukum kepada yang milih. Milih atau tidak milih tetap tunduk kepada yang menang.

Salam dan terima kasih!

Sumber:

1. Muslim.or.id (25/05/2017): "Jadilah Hamba Allah yang Bersyukur"

2. Republika.co.id (11/08/2016): "Hikmah Bersyukur"

3. Merdeka.com (21/02/2019): "Mahfud Md: Jangan Berpikir Tidak Memilih, Golput Merugikan Kita"

sebelumnya pernah dimuat di Kompasiana.com