Safari Kebangsaan PDI Perjuangan, Sebuah Safari Konsolidasi Politik Kaum Sukarnois

Sabtu, 9 Februari 2019 | 07:05 WIB
0
397
Safari Kebangsaan PDI Perjuangan, Sebuah Safari Konsolidasi Politik Kaum Sukarnois
Hasto Kristiyanto (Foto: Tribunnews.com)

Pagi ini (7/2) saya mengikuti perjalanan politik Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah, perjalanan menuju beberapa daerah seperti Cianjur, Sukabumi dan Bogor dari tanggal 7 Februari sampai tanggal 9 Februari hari Sabtu. Ada hal yang menarik dalam catatan saya ini adalah bagaimana melihat peta kekuatan politik PDI Perjuangan bisa diperlihatkan secara riil.

Problem utama kepartaian yang ada di Indonesia saat ini kekuatan akar rumput, banyak dari Partai-Partai Politik di Indonesia, kuat di pusat tapi ketika dihadapkan pada tingkat akar rumput kekuatan politik itu ternyata “kopong” atau tidak mengakar sama sekali. Beda dengan PDI Perjuangan sebuah partai yang “diguremkan” oleh Orde Baru, kemudian muncul menjadi Partai terkuat bukan saja soal keterpilihan dalam Pemilu tapi juga soal manajemen organisasi sehingga Partai itu memiliki struktur alur komando garis lurus dan tidak terpecah menjadi “faksi-faksi Politik” namun semua organ politik menjadi rapi di bawah kepemimpinan Ibu Megawati Sukarnoputeri. Partai ini juga memiliki kepengurusan akar rumput yang sangat kuat sampai tingkat desa.

Perjalanan dimulai dengan sarapan bersama para wartawan-wartawan, saya mendapatkan informasi dari beberapa kawan seperjalanan bahwa Safari Politik ini, sudah diadakan beberapa kali dan dipimpin langsung oleh Sekjen PDI Perjuangan serta kemarin ditemani oleh Ketua DPP Bidang Organisasi Djarot Syaiful Hidayat, dalam perjalanan politiknya ini Sekjen membaca kekuatan politik Partai dalam mendukung pilihan politik yaitu Capres 01, Jokowi-KH Ma’ruf Amien. Bagi saya jelas ini adalah usaha serius dari Sekjen PDI Perjuangan untuk memperhatikan secara detil kekuatan PDI Perjuangan dan pergerakan pergerakan politiknya dalam membuat kanal politik besar dukungan kepada Jokowi-KH Ma’ruf Amin.

Menurut catatan yang saya terima di Cianjur, akan dihadiri 400 orang dari unsur Partai seperti Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC-Tingkat Teritorial Kecamatan), Ketua PAR (Pengurus Ranting dan Anak Ranting-Tingkat Teritorial Kelurahan/Desa sampai RT/RW). Konsolidasi internal ini juga menjadi tugas Sekjen untuk membaca perintah ketua Partai dalam melaksanakan tugas tugas di tahun politik 2019.

Sebelum perjalanan, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto melakukan jumpa pers soal perjalanan politiknya ini, dalam pesan pesan perjalanan politik, Sekjen PDI Perjuangan berbicara soal “Pencak Silat” sebagai sebuah diplomasi budaya. Bung Karno dulu menggunakan pencak silat sebagai simbol budaya, gerak gerak dalam pencak silat oleh Bung Karno digambarkan sebagai sebuah “Gerak Dinamis Perasaan Orang Nusantara” dalam melihat hubungan manusia dan alam, juga bagaimana manusia menguasai alam.

Pencak Silat adalah seni bela diri asli Nusantara yang memang sempat ditakuti dunia pada abad 14, di masa masa puncak kejayaan Majapahit dan terus menjadi legenda dalam olah raga bela diri, di Eropa dan Amerika Serikat olahraga Pencak Silat berkembang pesat.

Dalam perjalanan ini akan diperlihatkan seni bela diri itu, di Cianjur nanti sesuai yang saya baca di Itenerary perjalanan, sepertinya ini menjadi pengalaman menarik bagaimana melihat akar akar rakyat dalam keterlibatan politik, melihat kebudayaan dan bagaimana rakyat di tingkat daerah memandang pergerakan politik sekarang, sepertinya ini akan jadi sebuah refleksi komunikasi politik yang mendalam tentang politik kebangsaan kita, sebuah cara pandang nasionalisme dari kerumunan kerumunan rakyat...

***

Dicky B. Chandra, Kolomnis di Pepnews, Juga Pengamat Komunikasi Politik