79 tahun Jusuf Kalla, dari Bone untuk Dunia

Tidak saja mengikhtiarkan damai dalam arti pertengkaran JK juga mengkampanyekan suasana damai dalam menghadapi wabah.

Sabtu, 15 Mei 2021 | 16:50 WIB
0
343
79 tahun Jusuf Kalla, dari Bone untuk Dunia
Jusuf Kalla (www.pepnews.com)

Begitu memasuki kota Watampone, salah satu monument yang menyambut kedatangan tulisan “kota kelahiran Jusuf Kalla”. Sebagaimana penanda memasuki kota Parepare yang menyambut dengan tulisan dimana dilahirkan B. J. Habibie.

Ini setidaknya menjadi kebanggaan tersendiri bahwa Bone bisa menjadi tempat kelahiran seorang tokoh. Tidak saja skala nasional tetapi internasional. Dimana kiprahnya untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, selalu ditengahinya.

Dengan menjadi juru damai, sebuah “profesi” yang tak lazim. Justru dimana pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Tetapi justru pendamai dilahirkan tidak dalam jumlah yang sama dengan pihak yang bertengkar.

Walau tidak dalam posisi wakil presiden lagi, justru tetap leluasa untuk menjalin perdamaian. Terakhir, berkunjung ke Afghanistan dalam rangkaian pembicaraan damai lanjutan yang sudah berlangsung dalam tahapan-tahapan sebelumnya.

Sementara itu, tidak saja mengikhtiarkan damai dalam arti pertengkaran. Melainkan juga mengkampanyekan suasana damai dalam menghadapi wabah.

Posisinya sebagai ketua Palang Merah Indonesia, sekaligus Dewan Masjid Indonesia, sehingga menyuarakan mitigasi bencana. Termasuk merilis bagaimana panduan beribadah di masa-masa pegebluk covid-19.

Baik melalui PMI atau DMI itu, memainkan peran untuk turut memberi partisipasi dalam penanggulangan wabah. Sekalipun dalam suasana seperti itu, ketika bom Makassar meledak di pagar gereja dengan segera berkunjung dan memberikan dukungan bagi kedamaian. Sekaligus menepis isu bahwa pengeboman dilakukan oleh umat Islam. Hanya berupa aksi segelintir orang yang beratribut muslim.

Semasa berkampanye untuk posisi presiden, bersama dengan Wiranto yang mendampingi untuk wakil presiden, tagline yang diusung adalah “lebih cepat lebih baik”. Selogan ini tidak menjadi jargon semata. Dimana dalam pelbagai tindakan dan aksi yang dilakukan selalu disertai dengan kecepatan yang tentu saya diiringi dengan kecermatan dan pilihan yang tepat.

Dalam kondisi ini, Institut Teknologi Bandung menyematkan doktor honoris causa. Dimana pertimbangan produktivitas yang menjadi sasaran untuk kecepatan dalam mengambil sebuah keputusan.

Termasuk di dalamnya, kaitan dengan inovasi dan penggunaan karya-karya anak bangsa. Ini tercermin dalam pembangunan bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Sulawesi Selatan, dan juga bandara Kualanamu di Sumatera Utara.

Begitu pula dengan pelaksanaan Asian Games di Jakarta dan Palembang. Semuanya tak lepas dari sentuhannya sebagai wakil presiden ketika itu.

Ini menunjukkan bahwa konsolidasi dengan metode lebih cepat lebih baik dapat menghasilkan karya yang tetap bagus, dengan biaya yang lebih rendah.

Puang Jusuf Kalla, begitu sapaan dari warga Sulawesi Selatan. Walau terlahir di provinsi ini, namun tidak lagi hanya milik bangsa Indonesia semata.

Bangsa Moro di Filipina, masyarakat Pattani di Thailand, begitu pula masyarakat Myanmar, semuanya menjadikan Jusuf Kalla sebagai bagian dalam pembentukan peta damai.

Keahlian ini dikuasainya diawali dengan pemahaman pada konteks kelompok yang bertikai. Kemudian mengkomunikasikan pada keduanya. Begitu pula, dapat diterima sebagai orang tengah sehingga “perkelahian” dapat berakhir.

Usia 79 tahun, Jusuf Kalla mencatatkan banyak hal. Warga Indonesia pertama yang bisa menjabat wakil presiden dengan masa jabatan dua kali. Itu juga dengan presiden yang berbeda. Masa pertama, Bersama Susilo Bambang Yudoyono (2004-2009). Kedua kalinya, mendampingi Joko Widodo (2014-2019). Rupanya, Jusuf Kalla bersahabat dengan angka 4 dan 9.

Umur yang sampai pada catatan 70-an merupakan anugerah tersendiri. Dimana angka harapan hidup orang Indonesia di bawah itu.

Kehadiran Jusuf Kalla, kini tidak lagi sebatas bagi kita Indonesia semata. Sudah menjadi milik Bersama warga dunia. Selamat ulang tahun Puang, semoga tetap sehat dan panjang umur.

Sebagai rekognisi atas kiprah Jusuf Kalla, Universitas Muslim Indonesia mendirikan The Jusuf Kalla Research Center for Bugis Makassar Cultural Studies untuk menjadi pusat kecemerlangan dalam mengabadikan kinerja dan juga karyanya selama ini.

Pusat penelitian ini juga didesain untuk turut terlibat dalam diskursus global terkait dengan transformasi budaya Bugis Makasar. The Jusuf Kalla Research Center for Bugis Makassar Cultural Studies, Universitas Muslim Indonesia, menjalin kolaborasi dengan pelbagai perguruan tinggi. Diantaranya, Universiti Malaya, Malaysia; Universiti Kebangsaan Malaysia, Ateneo de Davao University, Filipina; Chulalongkorn University, Thailand; Tohoku University, Jepang; dan Jawaharlal Nehru University, India.

***