Maka dari Saudi, Rizieq menyerukan untuk menggelar Ijtima Ulama III. Agar takdir bisa dibelokkan.
Kalau ada orang ngaku ulama kongkow-kongkow, mereka menyebutnya Ijtima Ulama. Maksudnya mereka mau bilang, "Kami ini ulama. Hasil kongkow-kongkow kami mewakili kehendak tuhan."
Apa kehendak tuhan menurut mereka? Pertama, Prabowo jadi Capres. Kedua, Prabowo harus didampingi ulama sebagai Cawapresnya. Menurut mereka, rekomendasi itu sesuai dengan kehendak tuhan. Wong, ulama...
Tapi kehendak tuhan berbeda dengan kehendak Prabowo. Dia malah mengangkat Sandiaga sebagai Cawapres. Mungkin karena ulama yang namanya direkomendasikan -Somad dan Salim Syegaf- gak punya duit.
Ulama bingung. "Ini gimana? Prabowo kok, gak nurut sama kita. Kita ini menyuarakan kehendak tuhan (saya tulis tuhan dengan 't' kecil). Masa mengangkat Cawapres berbeda dengan hasil Ijtima Ulama."
"Kalau begitu, kita bikin Ijtima Ulama lagi. Ijtima Ulama II. Agar kehendak tuhan bisa disesuaikan dengan kehendak Prabowo."
Maka digelarlah Ijtima Ulama II. Mereka mengkoreksi omongan pertama. Kehendak tuhan harus disesuaikan. Keputusan Prabowo lebih penting dari keputusan ulama. Tugas mereka adalah mendukung Sandiaga Uno didukung sebagai Cawapres. Sesuai keinginan Prabowo.
Lalu Pilpres digelar. Hasilnya, menurut Quick Count maupun Real Count, suara Jokowi jauh melampaui Prabowo. Data resmi KPU juga menunjukan indikasi kemenangan Jokowi. Meski belum final.
"Ini gimana sih, kok tuhan gak berpihak sama kita? Yang menang malah Jokowi. Kita ini ulama lho, tuhan..."
"Kalau hasil Pilpres ini adalah kehendak tuhan yang real, kita harus luruskan. Masa kehendak tuhan bertentangan dengan kehendak Prabowo, sih. Gak mungkin!"
"Gimana caranya?"
"Ayo kita gelar Ijtima Ulama III..."
"Tujuannya apa?"
"Kita wajib meluruskan keadaan. Jika pilihan rakyat ke Jokowi adalah takdir tuhan, maka itu wajib kita koreksi. Kita harus sesuaikan dengan keinginan Prabowo."
"Emang Prabowo maunya apa?"
"Dia mau jadi Presiden."
"Kalaupun kenyataan menunjukan rakyat sudah memilih Jokowi?"
"Lho, itu kan maunya rakyat. Bukan maunya tuhan."
"Kalau maunya tuhan, gimana?"
"Sesuai dengan kemauan Prabowo, dong."
Maka dari Saudi, Rizieq menyerukan untuk menggelar Ijtima Ulama III. Agar takdir bisa dibelokkan.
"Mas, saya dan teman-teman juga berencana mau menggelar Ijtima Penjual Minyak Telon..."
"Buat apaan Kum?"
"Mendukung hasil perhitungan KPU."
Jadi kalau nanti Jokowi-Amin ditetapkan sebagai pemenang Pilpres. Itu artinya Tuhan (dengan 'T' besar) lebih mendengar rekomendasi Ijtima Penjual Minyak Telon ketimbang hasil Ijtima Ulama...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews