Meminjam pesan Presiden RI keenam, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat memberikan arahan pada Caleg Partai Demokrat, seperti yang dilansir Kompas.com, Menurut Presiden RI keenam tersebut, caleg yang terlalu banyak berjanji biasanya sulit untuk menepati.
“Kalau terlalu banyak berjanji biasanya sulit ditepati, yang penting nanti kalau terpilih bekerjalah siang dan malam agar benar-benar kehidupan saudara kita bertambah maju,” kata SBY saat menghadiri santap malam sekaligus temu masyarakat Banyumas di Taman Andang Pangrenan, Purwokerto, Jumat (23/11/2018).
Pesan SBY ini benarlah adanya, halangan dari sebuah janji itu sangatlah banyak, makanya juga banyak janji yang sulit untuk ditepati. Sementara, Cawapres 02, Sandiaga Uno, mempunyai kebiasaan disetiap titik kunjungannya selalu menebar janji, wajar sih sebagai Calon yang ingin memenangkan Kontestasi Pilpres, dia memang harus mampu memberikan harapan.
Berbeda dengan Jokowi, sebagai Petahana dia tinggal menjelaskan apa saja wujud dari harapan yang sudah pernah dijanjikan. Tentunya usaha Sandi lebih berat untuk meyakinkan pemilih, tapi mengumbar janji yang tidak realistis pun sangat berbahaya. Itulah hal yang tersirat dari pesan SBY tersebut, yang juga bisa diperuntukkan bagi Sandiaga.
Bisa dibayangkan berapa banyak janji Sandi yang sudah diumbar, kalau pada setiap titik dia berjanji pada masyarakat, maka jika ada seribu titik kunjungannya, maka ada seribu janji yang sudah diumbarnya.
Janji itu menjadi tidak realistis, ketika antara Janji yang satu dengan janji yang lainnya tumpang tindih. Bertemu petani Sandi berjanji akan menaikkan harga komoditas pangan, berbeda lagi ketika bertemu para pembeli di pasar, Sandi berjanji akan menurunkan harga pangan sesuai kebutuhan.
Memang kalau sekedar untuk menyenangkan dan meyakini orang lain apa pun bisa dilakukan, persoalannya adalah, setiap janji yang ditebar akan menjadi hutang dikemudian hari, dan akan dituntut jika tidak dipenuhi.
Saat ingin menjadi Cawagub DKI, Sandiaga juga banyak memberikan Janji yang tidak realistis, lihat saja program Ok-Oc yang digembar-gemborkan saat itu, semua seakan-akan mudah untuk direalisasikan, begitu sudah terpilih, Rencana pun berubah, bahkan beberapa oulet OK-OC sudah tidak berkembang.
Janji-janjinya saat menjadi Cawagub saja masih banyak yang belum terealisasi, dia sudah melompat lagi menjadi Cawapres. Gak masalah juga sih kalau semua yang dia janjikan bisa terpenuhi, kalau tidak be tentunya akan menjadi kegaduhan Politik kalau pun dia menang.
Baru-baru ini muncul hesteg Sandiwarauno, hesteg tersebut muncul bukan tanpa alasan, bisa jadi dari melihat beberapa Sandiwara Sandi, yang terkesan penuh rekayasa. Boleh saja publik berprasangka demikian, karena memang yang terlihat bukanlah sesuatu yang sesuai dengan kenyataannya.
Hesteg Sandiwarauno tersebut membuat Mami Sandiaga sangat gundah, dia tidak terima kalau Sandi dianggap bersandiwara. Reaksi Mami Sandi tersebut memancing nettizen untuk berkomentar, tak pelak lagi, Sandi pun akhirnya dianggap Anak Mami. Ada yang membandingkan Mami Sandi dengan Ibunda Jokowi, yang terus berdoa saat Jokowi dihina.
Memanglah dalam berkampanye tidak mungkin kalau tidak berjanji, namun berjanji juga harus realistis, harus memperkirakan tingkat keterpenuhannya, bukan sekadar menebar janji untuk menyenangkan hati masyarakat saja. Janji tersebut juga disesuaikan dengan kapasitas, karena memang tidak semua hal menjadi kewajiban Presiden dan Wapres.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews