Jadi presiden RI itu tidak bisa cuma modal pede, karena ini bukan beauty contest, sehingga dibutuhkan kecerdasan emosi dan kinerja yang luar biasa serta rekam jejak terukur agar hasilnya tidak ngawur.
Karena mulai rame menjelang pilpres 2024 banyak yang test market, ada yg malu-malu dan malah ada yang malu-maluin.
1. PUAN MAHARANI
Putri Megawati yang dibesarkan di partai dinasti ini begitu sangat kelihatan memaksakan percaya diri. Hal ini bisa karena karakternya atau karena penjilat di kanan kiri yang terus membisiki.
Percaya atau tidak dari hasil survey saja namanya jauh di bawah yang lain, khususnya GP (Ganjar Pranowo) yang mereka musuhi.
Ada dua kemungkinan dari kehadiran tim sorak di sekitarnya. Bisa memang memaksa dan cari muka, atau mereka sengaja menjerumuskan. Maju dengan hasil malu.
Bayangkan setelah berseteru dengan GP langsung balihonya tersebar. Bahkan saat bencana Semeru di Jatim, balihonya hadir di tengah orang yang kekurangan air. Model pencitraan beginian sudah basi, rakyat saat ini belajar banyak dari Jokowi, sehingga akan semakin seksama mencari pengganti.
Serangan kepada GP yang terus dilakukan dengan sindiran sebagai pemimpin di medsos, pemimpin tidak hanya ganteng, dan seterusnya. Ini adalah reaksi caildis, karena makin mereka menyerang sosok yang dielukan, maka mereka bak melempar bumerang.
Mereka lupa gegara mulut almarhum Taufik Kemas yang menyindir SBY sebagai jendral kekanak-kanakanlah yang membuat SBY naik daun.
Ingat saat kami ngobrol bersama almarhum Sys NS, bahwa partai Demokrat saat itu yang sudah 4 tahun berdiri beranggotakan 2 juta orang, dan pasca salah ucap untuk SBY dalam seminggu anggotanya menjadi 4 juta. Ini fakta dari salah gaya bisa berbahaya.
Puan harus ingat, bahwa nama besar kakeknya adalah karena perjuangan, bukan besar dalam timangan, Ibunya kecipratan nama besar itu, apakah Puan berharap masih bisa menompang nama besar itu sebagai kenderaan, wallahu a'lam.
Keharusan berikutnya adalah bahwa mereka yang maju pilpres 2024 akan menggantikan Jokowi yang tingkat kepuasan rakyat atas kepemimpinannya mencapai 77%. Closingnya bisa diatas 90% pada akhir masa jabatan 2024.
Hal di atas sangat beda saat Jokowi menggantikan SBY yang memble. Jokowi lebih mudah membuat diprensiasi atau devisasi karena yang digantikan nyaris wan prestasi kepada rakyatnya. Lha skrg Jokowi sedang di puncak prestasi yang sangat tinggi, kalau yang akan menggantikan kelas kawe ya pasti akan mengulang kememblean SBY.
Jadi presiden RI itu gak bisa cuma modal pede, karena ini bukan beauty contest, sehingga dibutuhkan kecerdasan emosi dan kinerja yang luar biasa serta rekam jejak terukur agar hasilnya gak ngawur.
Teman-teman mari kita buat survey sederhana. Cukup tulis angka saja atas pertanyaan dinawah ini.
1. Siapa yg gak bakal milih Puan andai dia nyapres.
2. Apakah lebih baik Puan tetap menjadi Ketua DPR.
3. Atau Puan jadi Ketum partai saja.
Terima kasih atas partisipasinya. Salam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews