Kita liat siapa yang akan menggantikannya, dari sana kita akan bisa membaca kemana ormas itu arahnya. Dia berbahaya atau bermanfaat buat umat dan negara.
"Partai" Majelis Ulama Indonesia akhirnya di tinggal ketumnya. Langkah benar menurut saya, karena orang baik seperti KH. Miftachul Akhyar tidak harus ada di MUI yang dihuni orang gak jelas.
Sekarang MUI itu ibarat orang pakai baju kebesaran. Memakai nama Islam isinya beleng-beleng.
KH. Miftchul Akhyar adalah mantan Rais Aam PBNU Jatim, dan kini menjabat Rais Aam PBNU pusat, jabatan mulia di tempat mulia. Kalau jadi ketua MUI kan ibarat gadis di sarang penyamun.
Momentum ini pas, Allah mengaturnya demikian. Kita tidak gerah dengan MUI karena di sana banyak orang baik, sayang kalah awu dengan yang " kurang baik ", terkubur dgn stigma baru bahwa MUI bak partai oposisi. Lagian akhir-akhir ini MUI terlalu masuk pusaran yang bukan urusannya.
Apa yang di sampaikan Imam Al Ghazali di bawah, itulah yang sedang melanda MUI dan Indonesia. Penyakit orang bodoh kalau ngomongin orang lain gak bisa ngasi solusi, cuma bubur basi.
Masalah pengaturan suara azan karena toa kececeran di mana-mana, bukannya mendukung Menag, malah bilang Menag juga harus bisa mengatur suara toa pada rumah ibadah orang lain, lho inilah yang dinamakan tidak ada corective action. Tanpa sadar bahwa suara azan dari 1 juta masjid di Indonesia itulah yang harus memberi contoh yang baik. Rumah ibadah lain yang mana yang mengeluarkan suara seperti kita.
Sekarang kok MUI jadi kepedean merasa lebih digdaya dari Kemenag yang resmi sebagai lembaga pemerintah bukan ormas yg makin tak jelas karena diisi orang beringas. Ingat ya di dalam tubuh MUI sudah ditemukan teroris, apa kurang jelas bahayanya ormas ini buat negara dan umat Islam sendiri.
Ada komen bahwa Ketum MUI colong pelayu, artinya ada kesan meninggalkan MUI selagi dilanda carut marut. Kalau saya lihat kejadian ini sudah lama, dimulai saat kasus Ahok, dan Bachtiar Nasir yang ketauan menyalurkan sumbangan ke ISIS. Justru mundurnya KH. Miftachul Akhyar menyelamatkan beliau dari pusaran kemudhorotan seorang kiayi besar.
Kita liat siapa yang akan menggantikannya, dari sana kita akan bisa membaca kemana ormas itu arahnya. Dia berbahaya atau bermanfaat buat umat dan negara.
Selamat atas mundurnya KH. Miftachul Akhyar. Semoga MUI segera bubar.
Kend Subiakto
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews