Kalau DPP ternyata merekomendasikannya maju sebagai Cawali, dia akan jadi buruan kuli tinta. Dia perlu lebih rileks lagi saat wawancara door stop di hadapan wartawan.
Terlibat di acara yang sama dengan Gibran Rakabuming, sudah banyak kali. Secara Solo adalah kota kecil. Dan kami sama-sama beraktivitas di Solo. Tapi kesempatan saya untuk dekat, mengobrol empat mata dengan putra sulung Presiden RI itu baru sekali.
Waktu itu Graha Saba sangat sepi. Saya melihat-lihat venue dengan leluasa. Ada kerabat mau mantu. Saya diminta mensurvei beberapa calon gedung yang mau dipakai. Ternyata saat itu ada Mas Gibran (Mas G). Dia lagi di ruang pojokan selatan. Ruangan ini digunakan sebagai kantor pemasaran Graha Saba. Dia sendirian. Paspampres entah di mana. Saya yang mau pulang sengaja menunggu. Kapan lagi bisa foto sama putra presiden yang satu ini?
Saat dia keluar, saya pun beranjak. Terjadilah pertemuan yang seolah tak disengaja seperti adegan film “Hitch”. Saya menyapa. Eh dia balas dengan senyum ramah. Kesan bahwa Gibran itu pendiam, cuek, apalagi sombong, benar-benar tidak ada. Saya gunakan kesempatan itu baik-baik. Saya kenalkan diri. Dia sudah tahu saya atau pura-pura tahu biar saya tidak isin. Entahlah.
Rupanya dia lagi menunggu seseorang. Kami pun mengobrol lumayan panjang. Ternyata dia sosok yang cerewet kalau bicara soal bisnis. Dia juga orang yang menghormati lawan bicara. Ada 10 menit lebih kami mengobrol. Soal Kota Solo, soal bisnis, soal parenting dll. Dia ini intelek dan wawasannya sangat luas. Ada beberapa informasi soal bisnisnya, yang selama ini tak diketahui masyarakat. Namun bukan itu yang mau saya katakan.
Setahun setelah pertemuan itu, tanpa diduga oleh banyak orang, Mas G mengutarakan niatnya mencalonkan diri sebagai Walikota Solo. Orang-orang pun ramai. Ada yang pro ada yang kontra. Di antara yang kontra, ada yang bilang Gibran terlalu hijau. Belum pantas jadi pemimpin. Biarlah yang tua dulu yang lebih berpengalaman, kata mereka.
Hijau? Ya, itu kesan saya juga dulu. Tapi sekarang dia bukan lagi anak muda tanggung dan canggung. Sekarang Mas G adalah sosok yang berbeda. Bertambahnya usia, tugas menjadi ayah dua anak dan memimpin belasan usaha, telah menempanya. Dia kini jauh lebih matang.
Saat ini Mas G lagi rajin blusukan untuk melihat dari dekat kondisi warga. Warga Solo pun bisa melihat sendiri dari dekat sosok Gibran. Orang mungkin membandingkan dengan bapaknya. Pak Jokowi bukan orang yang suka mengumbar kata-kata. Gibran pun demikian. Gibran dan bapaknya adalah orang yang bicara secukupnya. Namun yang jelas mereka sangat “nguwongke wong”. Bisa dilihat dari ekspresinya, bahasa tubuhnya, pilihan katanya.
Baca Juga: Gibran untuk Warga Solo
Pertemuan terakhir dengan Mas G di Warung Sate Pak Dahlan dekat rumahnya, beberapa waktu lalu. Saya sama teman-teman. Dia ada acara dengan wartawan. Gaya bicara, intonasinya, tertata rapi. Walau demikian menurut saya Mas G butuh terus belajar dan juga jam terbang. Kalau DPP ternyata merekomendasikannya maju sebagai Cawali, dia akan jadi buruan kuli tinta. Dia perlu lebih rileks lagi saat wawancara door stop di hadapan wartawan.
Yang menarik sehabis makan sate, Mas G berinisiatif menemui si ibu pemilik warung. Mereka mengobrol dulu dan foto bersama. Sebelum balik ke rumah, Mas G dengan takzim berpamitan, salim sampai membungkuk. Si ibu pun terharu.
Ya, Gibran sudah matang dan dewasa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews