Belum tahu apa jargon yang bakal dipakai para buzzer menjegal langkah Eric Thohir menggamit Ahok masuk gelanggang yang berlimpah uang.
Ahok kabarnya didapuk Menteri Eric Thohir masuk BUMN sekitar November atau Desember. Belum jelas apa jabatannya. Sebagai CEO ataukah sebagai komisaris. Ini tergantung pada kondisi: apakah ada para oligarkis yang merasa terusik dengan kehadiran tokoh bersih ini.
Bahkan rencana itu bisa tinggal rencana. Karena penolakan keras para oligarkis baik di pemerintahan maupun gerombolannya di partai politik, LSM dan dunia bisnis.
Sekarang ini mungkin Eric Thohir teleponnya berdering terus. Isinya mungkin sebagian besar anjuran setengah memaksa dari mereka yang bakal terganggu kepentingannya jika Ahok masuk BUMN. Atau Jika masuk, bagaimana caranya agar Ahok mingkem mulutnya dan jadi kucing yang duduk manis.
Maklum saja, sekali Ahok masuk mengendalikan BUMN, dia bakal mengobrak abrik semua sarang tikus koruptor, pemungut rente dan para manipulator yang menggangsir keuangan negara.
Perlawanan dari dalam dan dari luar kemungkinan tengah berlangsung sekarang ini dan nanti.
Ke depan, jika kita menemukan postingan aneh soal keburukan Ahok, dipastikan para oligarkis dan cukong nakal membayar para buzzer, kadal medsos dan pansos. Mereka ditugasi mempengaruhi opini publik dan menebarkan ranjau bagi Eric Thohir agar tidak mengangkat Ahok.
Demikian juga ketika Eric keras kepala tetap mengangkat Ahok. Dua-duanya bakal terus di kutak kutik sampai gerah oleh semburan postingan aneh di multichannel.
Tujuannya satu : Ahok harus berada di luar sistem. Dan Eric harus tunduk pada mereka.
Belum tahu apa jargon yang bakal dipakai para buzzer menjegal langkah Eric Thohir menggamit Ahok masuk gelanggang yang berlimpah uang.
Yang pasti bukan jargon Taliban atau rekayasa siraman air keras…
Semua berharap, skenario buruk ini tidak kejadian.
Tapi kalau kejadian, sudah jelas siapa yang bermain...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews