Peran partai politik dalam menjaring capresnya sangat penting. Jangan sampai mencalonkan orang yang memainkan isu identitas demi kemenangan politik.
Sambil jalan ke kantor saya mendengarkan ngaji filsafatnya Dr Fahruddin Faiz tentang pemikiran Aristoteles mengenai keadilan dan negara. Aristoteles memaparkan 3 jenis pemerintahan dan tiap sistem pemerintahan punya jebakan.
Pertama Monarki, yaitu sistem kerajaan. Dari rule by one bisa beralih ke rule for one.Inilah yg dimaksud tirani, semua hukum dan perintah hanya untuk melayani sang pemimpin seorang.Yg kedua adalah Aristokrasi dimana pemerintahan dipegang sekelompok kecil orang yaitu kaum bangsawan.
Jebakannya adalah, dari rule by the best bisa jadi rule for the few.Inilah yg disebut oligarki.Semua peraturan untuk keuntungan segelintir orang.Istilah yg ramai dibicarakan pengkritik pemerintah saat ini karena ambang batas capres saat ini minimal 20 persen.Sehingga dianggap mempersulit orang lain untuk mengajukan diri jadi calon Presiden.
Lanjut..yang ketiga adalah demokrasi seperti indonesia saat ini.Kalau tidak salah ingat, Plato juga kurang setuju dengan demokrasi karena semua orang jadi bisa ngomong, masakan pendapat profesor disamakan dengan pendapat orang awam.Tentu bagaimanapun profesor lebih ahli dibanding orang awam, namun karena semua orang bebas mengemukakan pendapat, jadilah semua pendapat boleh didengarkan.Disinilah letak keberatan Plato.
Lanjut..jebakan demokrasi menurut Aristoteles adalah rule by the many yg akhirnya berujung mob rule yang artinya everyone for themselves, jadi semuanya dilakukan semata-mata untuk kepentingan orang tersebut..contoh, buruh yg tak perduli betapa kesulitannya pengusaha di masa covid 19.Tapi karena tekanan buruh gubernur nekad naikin UMR/UMP.
Untuk istilah mob rule saya harus baca lebih banyak lagi, tapi untuk sementara yg saya tangkap artinya adalah tekanan massa.Dimana kedepan, keputusan dan peraturan dilahirkan dari tekanan orang banyak.Dan hal itu mulai terlihat beberapa tahun belakangan ini.
Padahal keputusan terbanyak belum tentu melahirkan keputusan terbaik, inilah kelemahan demokrasi yg dilihat Aristoteles.Maka sebenarnya keinginan sekelompok orang yang ingin merubah sistem negara Indonesia tidaklah relevan.
Mengganti sistem negara tidak menjamin permasalahan sosial maupun hukum di negeri ini selesai. Sebab yang Perlu diperbaiki adalah moral manusianya bukan mengutak-atik sistemnya.
Ganjar Pranowo Jalan Tengah Aristoteles
Maka untuk memperbaiki kondisi negara ini diperlukan sebuah kebajikan bukan sistem. Tentu kebajikan akan melahirkan sistem yang baik, tapi sistem yang baik dapat dihancurkan oleh manusia sehingga tujuan baik itu tidak tercapai.
Menurut Aristoteles, salah satu filsuf besar Yunani, kebajikan itu adalah Jalan Tengah. Contoh misalnya, hemat adalah Jalan Tengah di antara boros dan pelit, loyal adalah Jalan Tengah antara fanatik dan pengkhianat, berani adalah Jalan Tengah antara nekat dan takut.
Manusia kalau terlalu berani dan tak punya rasa takut maka akan mencelakai dirinya sendiri. Misalnya, dia jalan-jalan di tengah hutan dan melihat singa, tapi karena dia berani dia tidak lari, akhirnya dia diterkam oleh singa tersebut.
Demikian juga jika seseorang terus beribadah tanpa memperdulikan dunia, maka keluarganya akan kacau karena tidak ada kerja-kerja yang bisa menghasilkan uang untuk ekonomi keluarga.
Demikian juga dalam konteks politik dan bernegara. Indonesia butuh lebih banyak masyarakat moderat, tidak fanatik dan mengkafirkan orang lain, tidak juga bebas sampai melanggar norma-norma dalam agama. Ini adalah Jalan Tengah, solusi untuk ketertiban dan keharmonisan di masyarakat.
Menjelang pemilihan presiden di tahun 2024 tampaknya Ganjar pranowo lah sosok yang mewakili kaum moderat ini. Itu kenapa sejauh ini dalam berbagai hasil survei nama Ganjar Pranowo ada di posisi teratas. Sebab Ganjar Pranowo mampu merepresentasikan keberagaman.
Dalam beberapa kesempatan kita bisa melihat bagaimana Ganjar Pranowo bersuara melawan radikalisme. Tidak banyak kepala daerah, bahkan nyaris tidak ada yang berani bersuara seperti Ganjar. Padahal upaya melawan radikalisme adalah upaya merajut persatuan.
Tanpa Jalan Tengah, tanpa dipimpin seorang yang moderat Indonesia akan condong ke kanan ataupun ke kiri. Ketidakseimbangan inilah yang akan menghancurkan Indonesia. Maka sangat penting dalam pilpres di tahun 2024 nanti setiap kandidat hendaknya adalah calon yang moderat. Sehingga kita bisa fokus mencermati program setiap capres dan bukan lagi mempertanyakan ideologinya.
Maka peran partai politik dalam menjaring capresnya sangat penting. Jangan sampai mencalonkan orang yang memainkan isu identitas demi kemenangan politik. Indonesia tidak butuh diseragamkan. Indonesia butuh dipersatukan dalam segala perbedaannya. Demokrasi Indonesia harus tetap sesuai definisinya yang indah: kepemimpinan mayoritas dengan perlindungan pada minoritas.
Untuk itu kita butuh presiden yang tepat di tahun 2024.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews