Sebagai orang yang paling sering bersama Jokowi, JK menjadi saksi bahwa Jokowi tidak pernah punya kepentingan pribadi dengan bisnis negara.
Kekuasaan itu candu. Melenakan. Bahkan sekadar dihembus anginnya saja, orang-orang akan terpelanting ke awan dan jadi kaya-raya. Anginnya membuai kerabat, keluarga, anak dan istri, saudara dan ipar-ipar.
Itulah alasan mengapa nama Baharuddin Lopa tetap harum sampai hari ini. Bukan kekuasaannya di masa menjadi jaksa atau menteri yang melenakan, tapi keharuman namanya yang membuai sampai bertahun-tahun ia berpulang.
Lopa membatasi istri dan anak-anaknya turut campur, apalagi sampai menikmati, kekuasaan dan jabatan yang ia emban.
Dan itu pula yang membuat saya tetap teguh mendukung Presiden Jokowi.
Sampai hari ini, tak pernah ada kabar bahwa sang istri, Ibu Negara Iriana atau anak-anaknya mengurusi jabatan-jabatan atau proyek-proyek negara. Tak ada.
Saya masih mencatat pernyaan Pak Jusuf Kalla dalam sebuah pertemuan di Hotel J Luwansa, Kuningan, Jakarta, di penghujung masa jabatan periode pertama Jokowi-JK.
Di hadapan masyarakat Sulsel di ibu kota, JK menyampaikan kesaksiannya.
Kata JK, "negara ini bisa mundur karena dua hal: gaya otoriter pemimpin, dan jika keluarga, anak-anak pemimpin, menguasai bisnis negara."
Dua hal itu, kata JK, tidak ada dalam diri Jokowi.
Jokowi memimpin negara dengan egaliter, penuh kebersamaan, dan selalu mau mendengar banyak pihak sebelum mengambil keputusan. “Karena itulah, Pak Jokowi terlalu sering rapat. Kami bisa rapat 200 kali dalam setahun,” kata JK.
Kedua, JK tahu persis, Jokowi bersih. “Anak-anaknya -- semua orang tahu -- tidak berbisnis dengan negara.”
Sebagai orang yang paling sering bersama Jokowi, JK menjadi saksi bahwa Jokowi tidak pernah punya kepentingan pribadi dengan bisnis negara.
“Selama empat tahun bersama dengan Presiden Jokowi, belum pernah sekali pun saya bicara proyek dengan Jokowi, baik untuk kepentingan Jokowi, maupun untuk kepentingan saya,” katanya.
Dan saya percaya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews